Ya, sesuai dengan judul di atas, kehadiran vivo X100 Pro di Indonesia Dapat dibilang sangat terlambat. Dibandingkan Samsung yang Dapat adakan pemesanan Betul Ketika peluncuran, flagship vivo satu ini baru hadir berbulan-bulan setelah pengenalan perdananya akhir 2023 Lewat.
Ketika debut Juni Lewat, tak Dapat dipungkiri kalau saudaranya, X Fold3 Pro terlihat lebih menarik. Tetapi vivo X100 Pro Mempunyai daya tarik tersendiri, berkat setup kameranya yang Kagak main-main. Meski terhitung dirilis akhir 2023, hingga Ketika ini, Lagi Bisa mengungguli kualitas kamera flagship lain yang sudah debut Formal sepanjang 2024.
Bahkan kini harga vivo X100 Pro sudah jauh lebih terjangkau dibandingkan harga peluncurannya di Indonesia, di mana sejumlah toko di e-commerce menjualnya hingga lebih murah Rp3 jutaan. Tentu membuatnya semakin Bertanding, meski bukan rilisan yang Betul-Betul paling baru—dan generasi terbaru yang siap diperkenalkan pekan depan.
Dengan harga terbaru yang lebih atraktif, Kagak Eksis salahnya Demi melirik flagship vivo satu ini. Berikut ulasan vivo X100 Pro selengkapnya.
Desain
Stylish, Tetapi terlihat dan terasa bongsor. Itulah impresi singkat yang saya rasakan, ketika menggenggam dan menggunakan vivo X100 Pro selama beberapa pekan. Tentu, saya Kagak Dapat berekspektasi kalau flagship vivo satu ini Dapat tampil tipis dan ringan, mengingat perlu membawa sejumlah komponen hardware termasuk setup sensor kamera yang lebih superior.
Di Indonesia, vivo X100 Pro hanya tersedia dalam satu opsi Rona saja, yakni Asteroid Black. Permukaan kaca bodi belakangnya dibuat anti-glare alias bebas bekas sidik jari, dan menampilkan Dampak glitter—terlihat premium atau Kagak, tentunya subyektif. Ketebalannya Sekeliling 9mm, dengan bobot Sekeliling 221 gram. Lagi lebih ringan dari Galaxy S24 Ultra, Tetapi terasa lebih berat. Kok Dapat?
Menurut saya, ini karena distribusi bobotnya yang cenderung lebih berat di bagian atas—dugaan mengacu ke peletakkan modul kameranya. Selain terasa berat, bodinya juga sangat licin—lebih licin dari V30/V40, sama licinnya seperti vivo V29. Demi pengguna dengan telapak tangan cenderung berkeringat seperti saya, terasa kurang nyaman memegang vivo X100 Pro berlama-lama tanpa case dalam genggaman.
Secara keseluruhan, desain vivo X100 Pro terlihat mewah dan premium Demi sebuah flagship rilisan 2024. Hanya saja bukan yang paling tipis atau paling nyaman dalam genggaman, meski membawa kombinasi hardware terbaik di kelasnya.
Layar
Tampilan premium di sisi depan vivo X100 Pro, tercermin berkat penggunaan panel kaca yang Mempunyai lengkungan 3D di kedua sisi sampingnya. Hal ini Membikin diameter layar 6,78 inci, terasa lebih ramping Ketika digenggam—terutama ketika dibandingkan dengan Galaxy S24 Ultra, atau iQOO 12 sekalipun. Dan Kagak menimbulkan masalah sama sekali, seperti ghost touch maupun lainnya.
Panel yang digunakan tentu sudah flagship-grade; LTPO AMOLED, 1 milyar Rona, refresh rate maksimum 120Hz, serta kecerahan maksimum hingga 3000 nits. Membikin vivo X100 Pro tetap nyaman digunakan, termasuk Ketika hunting foto dalam kondisi siang hari. Viewfinder kamera Dapat terlihat Terang dan pengguna Dapat tetap Konsentrasi mengambil momen.
Dukungan konten HDR dari platform streaming favorit, tentunya sudah hadir lewat vivo X100 Pro. Dan Demi “memamerkan” layarnya, tersedia cukup banyak opsi always-on display yang Dapat dipilih, beberapa di antaranya memberikan Dampak transisi menarik. Sensor sidik jari in-display cukup reliabel—meski menurut saya posisinya sedikit terlalu ke Dasar, karena dimensi yang bongsor.
Kamera
Mari kita masuk ke bagian yang paling menarik. Dengan modul yang sangat besar, kamera vivo X100 Pro didukung dengan tiga sensor yang masing-masing tergolong berkualitas, dipasangkan Serempak laser autofocus, serta ZEISS T* lens coating yang Bisa mengurangi Dampak glare dan serupa lainnya. ketiga sensor, sama-sama beresolusi 50MP.
Sensor Esensial menggunakan Sony IMX989 f/1.8 berukuran 1 inci, alias terbesar di smartphone Ketika ini secara diameter fisik sensor. Sementara sensor ultra-widenya menggunakan Samsung JN1 f/2.0, mendukung autofokus Demi kemampuan makro. Bagaimana dengan telefoto periskopnya? Guna OV64B berukuran 1/2 inci—sama seperti yang digunakan pada OPPO Find N3, iQOO 12, hingga realme 12 Pro+ 5G.
Tetapi vivo telah menyempurnakan masing-masing sensor dengan kolaborasinya Serempak ZEISS, serta cip vivo V3 yang merupakan komponen hardware Demi sempurnakan kinerja sistem kameranya. Sehingga walaupun sensor periskopnya sama, hasilnya Dapat jauh berbeda dibandingkan smartphone lain. Yang saya suka, vivo berikan cukup banyak opsi focal length—memberikan fleksibilitas yang maksimal.
Seluruh yang dibutuhkan, diberikan lewat aplikasi kamera yang serba lengkap. Mulai dari opsi tone Rona vibrant hingga lebih natural a-la ZEISS, Dampak portrait yang mereplikasi banyak lensa ZEISS profesional, Tiba mode manual tentunya. Saya juga menyukai opsi long exposure yang memanfaatkan bracketing, alias tetap Dapat ditangkap secara handheld tanpa tripod.
Bagaimana dengan hasil fotonya? Saya Dapat bilang kalau kamera vivo X100 Pro Dapat hasilkan foto terbaik hingga ulasan ini dibuat. Mulai dari sensor ultra-wide hingga periskop, dalam berbagai rentang pencahayaan, sangat Dapat diandalkan. Termasuk zoom puluhan kali pun, detail Lagi sangat Berkualitas—pas Demi kebutuhan cropping. Mode makro yang memanfaatkan sensor periskop juga sangat membantu mendapatkan detail sebuah obyek atau makanan tertentu yang Mau di-highlight.
Sedikit catatan dari saya, Eksis pada bagaimana kamera vivo X100 Pro mereproduksi skin tone alias Rona kulit. Dalam beberapa skenario dengan pencahayaan tertentu, terlihat sedikit pale atau pucat, atau sedikit cerah. Selebihnya, saya sangat puas dengan apa yang dihasilkan dari kamera flagship vivo satu ini.
150+ foto terbaik yang saya hasilkan dari vivo X100 Pro, Dapat Anda akses lewat album berikut ini.
Selain foto, kemampuan perekaman video vivo X100 Pro juga patut diacungi jempol. Sensor utamanya mendukung resolusi maksimum 8K 30fps, sementara Demi ultra-wide, telefoto, hingga kamera selfie, Dapat Tiba 4K 60fps. Selain Rona dan stabilisasi, mode portrait videonya juga tergolong optimal memberikan Dampak bokeh pada obyek.
Tetapi kemampuannya Demi menangkap obyek secara Terang dalam rentang zoom jauh, Lagi belum Dapat diaplikasikan dalam mode video. Ketika dibandingkan dengan iPhone 15 Pro Max, misalnya, pada rentang pembesaran 10-20x, iPhone Lagi Dapat hasilkan kualitas footage lebih Terang dan detail, sementara vivo X100 Pro sudah tergolong noisy dan grainy. Eksis baiknya Demi Kagak melakukan zoom pada video Melampaui 10x.
Fitur
Bagian pada flagship vivo satu ini yang menurut saya paling lemah, Eksis di bagian software. Menjalankan FuntouchOS berbasis Android 14, vivo hanya menjanjikan tiga tahun pembaruan perangkat lunak. Jauh di Dasar flagship rata-rata seperti Samsung, Apple, Tiba Google. Bahkan smartphone kelas menengah Samsung Dapat memberikan hingga 4 versi OS baru.
Selain durasi pembaruan, tampilan antarmukanya juga menurut saya terasa sedikit membosankan dan kurang stand-out. Mungkin bakal terasa menyenangkan bila Gizmo friends memang Mau pendekatan UI mendekati stock Android. Tetapi bila dibandingkan dengan One UI atau ColorOS terbaru, terasa kurang intuitif. Begitu pula dengan fitur AI yang ditawarkan, jauh lebih minim.
Tak seperti vivo V40 Series, fitur seperti menghapus obyek pada gambar di vivo X100 Pro, seolah Lagi belum didukung AI, karena berkemampuan jauh lebih inferior. Memang, di negara asalnya sudah dirilis sejak lama. Tetapi setidaknya diperbarui dengan fitur relevan supaya Lagi layak menjadi pilihan—seperti yang Samsung lakukan dengan menghadirkan Galaxy AI ke flagship beberapa generasi sebelumnya.
Demi sektor audio, setup speaker stereonya sudah cukup menggelegar, meski bukan yang paling spesial. vivo X100 Pro juga Mempunyai sensor inframerah yang berada di sisi atas, dan dilengkapi aplikasi Demi mengendalikan perangkat rumah seperti TV maupun AC.
Performa
Walaupun pertama kali diperkenalkan sejak akhir tahun Lewat, vivo X100 Pro terbilang sudah membawa cip terbaik dari MediaTek. Yakni seri Dimensity 9300 dengan fabrikasi 4nm—memang Eksis versi Plus, Tetapi hanya berbeda clock speed saja, dan tetap Dapat hasilkan skor Antutu melampaui 2 juta poin. Selebihnya Lagi sama, dipasangkan dengan kapasitas RAM dan penyimpanan internal lega.
vivo dikenal Bisa “menjinakkan” berbagai jenis cip MediaTek, terbukti dari sejumlah vivo V Series yang Dapat hasilkan kualitas kamera terbaik di kelasnya, “walaupun” Guna MediaTek (terbukti pula di vivo X100 Pro). Demi kelas flagship akhir 2024 sekalipun, performanya terbilang sangat mulus. Mulai dari multitasking, Tiba menjajal sejumlah judul game Terkenal.
Suhu perangkat secara keseluruhan juga cukup terjaga, jarang panas meski akses fitur kamera hingga menyalakan hotspot sepanjang hari. Rasanya, benefit dari bodi yang bukan-paling-tipis, memberikan ruang dan sistem pendingin optimal pada bagian ini. Dapat berpengaruh positif terhadap performa sehari-hari tentunya.
Baterai
vivo memang telah mengembangkan teknologi baterai yang memungkinkan kapasitas lebih besar dalam dimensi setara. Dan dalam dimensinya yang cukup bonsgor, baterai vivo X100 Pro Dapat dibilang di atas rata-rata. Yakni mencapai 5,400 mAh, alias tergolong cukup besar.
Berkat chipset yang sudah efisien daya, baterai vivo X100 Pro sangat Dapat diandalkan Demi penggunaan seharian penuh—termasuk ketika mengaktifkan hotspot Tiba banyak jepret foto sekalipun, Lagi Dapat bertahan Tiba keesokan paginya. Dengan penggunaan lebih ringan, tentu Dapat mencapai dua hari secara mudah.
Baterai awet tentunya pas kalau dipasangkan dengan pengisian daya instan. Lewat dukungan 100W fast charging, mengisi daya vivo X100 Pro 15 menit, sudah Dapat mencapai kisaran 60%. Sementara Demi mencapai 100%, sedikit Melampaui 30 menit saja. Berita baiknya, charger 120W yang disematkan ke dalam paket penjualan, mendukung standar USB-PD. Sehingga kompatibel dengan banyak perangkat lain.
Kagak lupa, vivo X100 Pro juga sudah mendukung wireless charging hingga 50W, dan reverse wireless charging. Ketika dibutuhkan, Dapat diubah sebagai pengisi daya darurat Demi AIoT seperti smartwatch, TWS, Tiba iPhone sekalipun—meski kecepatannya tentu saja sangat Lamban. Setidaknya tergolong multifungsi. Menjadi nilai plus dibandingkan versi non-Pro.
Konklusi
Walaupun hadir terlambat, kualitas kamera vivo X100 Pro termasuk salah satu yang terbaik Ketika ini. Tiga sensor yang disematkan pada modul kamera belakang, saling melengkapi Demi banyak jenis momen yang Mau Anda abadikan setiap harinya. Lengkap dengan tone, filter, hingga Dampak portrait dari ZEISS yang Spesial. Yang kurang menurut saya Eksis pada sektor software, Lagi belum Mempunyai fitur AI se-menggoda kompetitornya.
Pun kalau dirasa Lagi terlalu mahal, Eksis vivo X100 yang hadir membawa kualitas sensor Esensial setara, dan sensor periskop yang sama persis, juga Dapat menjadi alternatif bila Gizmo friends Betul-Betul menginginkan kualitas foto terbaik. Semoga generasi berikutnya Dapat hadir lebih Segera dari pengenalan perdana di negara asal maupun Dunia, agar konsumen Dapat menjajal kehebatan flagship vivo dalam waktu yang lebih Segera.