Langkah Berat Bisnis Virtual Reality di Indonesia

Bisnis virtual reality di Indonesia dinilai berat lantaran beberapa kendala. Minim inovasi dan mahalnya perangkat jadi salah satu alasan.


Jakarta, Jagatgame Indonesia

Sekeliling dua tahun Lampau, teknologi virtual reality (VR) mendapat sorotan luas karena dianggap sebagai teknologi masa depan. Tetapi predikat itu tak bertahan lama. Popularitasnya memudar lantaran minim Penemuan baru.

Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan VR sulit membumi ke konsumen. Pertama, barangnya sudah didapat. Kedua, harga unitnya terlampau mahal Demi dibeli orang banyak.

Kendati demikian, mereka yang terjun di industri merasa posisi VR sudah relatif lebih Terjamin. Ia dianggap sudah melewati masa paling kritisnya.

Studi dari Gartner mengenai siklus teknologi baru per Juli 2017 menunjukkan VR adalah satu-satunya jenis teknologi yang sudah melewati fase suramnya.

Grafik yang menunjukkan teknologi VR sudah Terdapat di awal fase “Kesadaran” (Slope of Enlightenment) (Gartner)

Industri VR Tetap lebih maju dari augmented reality (AR), machine learning, hingga blockchain. Studi itu sekaligus menandakan kematangan industri VR mulai terbentuk.

OmniVR adalah satu dari sedikit perusahaan yang mencoba perutungannya di teknologi VR. Usaha mereka merentang dari pencipta konten VR hingga penyedia rental VR.VR di Indonesia

Keputusan OmniVR mengomersialkan VR di Indonesia memancing kernyit dahi. Jangankan di Indonesia, penikmat VR di sini dunia pun sangat terbatas.

Baca Juga:  INI Tanggal Rilis The Seven Deadly Sins: Grand Cross

Amerika Perkumpulan dan Jepang dianggap sebagai dua negara yang cukup subur tempat VR Demi teknologi hiburan berkembang.

CEO OmniVR, Nico Alyus, mewajarkan anggapan seperti itu. Akses yang sulit dan harga unit VR yang Dapat belasan juta adalah kendala berbisnis VR.

“Wajar banget sih kalau orang-orang yang awam, enggak kenal VR, enggak riset, dan enggak masuk di dalam industrinya, menganggap bahwa VR itu sudah Nyaris tiada,” kata Nico Demi diteui di bilangan Tanjung Duren, Kamis (25/1).

Langkah Berat Bisnis Virtual Reality di IndonesiaGame VR Dapat dimainkan dari perangkat smartphone (REUTERS/Albert Gea)

Menurut Nico, para pemain industri VR sudah paham apa yang harus mereka lakukan. Tetapi pasar yang Terdapat Demi ini Tetap relatif belum siap.

Terdapat Langkah yang dipakai OmniVR Demi mengakali kendala di pasar yakni Membangun usaha rental VR. Bayangkan gelombang pertama demam PlayStation yang ditandai oleh menjamurnya rental. Secara sederhana, langkah itu diikuti oleh OmniVR agar publik Dapat menikmati VR.

Baca Juga:  Kode Redeem FF Hari ini: Kode Redeem FF 2023 Aktif, Kode Redeem Free Fire Terbaru 15 November 2023

Setelah mengakuisisi dua perusahaan lain, OmniVR kini Mempunyai ‘gerai rental’ bernama Mainvrame di beberapa pusat perbelanjaan.

Mereka mematok harga Rp50.000 Demi setiap 15 menit bermain dan Rp100.000 Demi 30 menit. Mereka berniat membuka tempat di kota-kota lain seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali.

Tetap Berat

Nico merasa perkembangan VR tak akan Segera. Bahkan dia menertawakan ukuran unit VR yang Terdapat Demi ini Tetap begitu tebal, juga nampak ruwet dengan segala kabel yang mengekor.

Ia memprediksi butuh Sekeliling sepuluh tahun Tiba teknologi itu Betul-Betul diterima masyarakat seperti halnya ponsel cerdas.

OmniVR mengusung strategi yang Krusial coba dulu. Padahal secara modal, investasi yang mereka butuhkan tak Dapat dibilang sedikit.

Demi satu gerai Mainvrame misalnya, Nico memperkirakan investasi yang mereka gelontorkan berkisar di Bilangan Rp200 juta hingga Rp300 juta.

“Sebenarnya enggak mahal-mahal amat, tapi itu harus ditambah Dana sewa, operator, listrik, kebersihan,” imbuhnya.

Langkah Berat Bisnis Virtual Reality di Indonesia
Demi pengalaman VR lebih fantastis, smartphone semata tak cukup. Perlu perangkat komputasi lebih Lihai seperti konsol game hingga komputer (REUTERS/Lucy Nicholson)
Sementara di Elemen suplai peralatan pendukug VR, produsen di Indonesia juga Tetap sangat sedikit. Prime Technology, adalah salah satu, Kalau Bukan Dapat dibilang satu-satunya, dari secuil perusahaan yang memproduksi alat pendukung permainan VR. Keberadaan mereka terbilang langka bahkan Demi kapasitas regional.

Baca Juga:  Pengarah adegan Sinema Mad Max Kritik Adaptasi Game, Ingin Dibuat oleh Hideo Kojima

Prime yang baru diakuisisi oleh OmniVR mengaku berani melangkah ke bisnis VR karena memang Hening pemain. Berawal dari tugas kuliah, William, pendiri Prime, tak menyangka simulator mobil balap buatannya Dapat bermuara ke bisnis VR.

“Enggak pernah kebayang tuh gimana Langkah gabungin robotik, solder, ke industri game. Dengan adanya VR ini Bahkan membuka (kesempatan) banget,” ujar William.

Kendati demikian, OmniVR yang baru berdiri pada 2016 Lampau, sudah balik modal. Menurut mereka minat masyarakat cukup bagus meski tak merinci seberapa besar jumlah transaksinya. Rata-rata pelanggan mereka adalah usia dewasa muda. 

(eks/eks)