Kenapa Pemblokiran PUBG Oleh MUI dan Menkominfo Terdengar Konyol Banget

Pertama-tama saya Mau menyampaikan duka yang amat mendalam kepada seluruh korban serta keluarga korban akibat aksi teror di Christchruch New Zealand. Aksi penembakan membabi buta nan biadap yang dilakukan seorang teroris di Christchurch, New Zealand memang menyisakan luka mendalam serta ketakutan diseluruh dunia. Tetapi hal tersebut diadaptasi serta ditanggapi secara reaktif oleh beberapa negara termasuk Indonesia dengan wacana yang terdengar cukup konyol.

Dilansir dari News Detik, pihak MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jabar mempertimbangkan fatwa haram mengenai game PUBG dengan melakukan kajian terlebih dahulu. Statement serupa juga sebenarnya telah disampaikan oleh Ulama Malaysia, Mufti Negri Sembilan Datuk Mohd Yusof Ahmad, Tetapi ditentang keras oleh Menpora Malaysia Syed Saddiq.

Hal yang mendasari ketakutan serta wacana pemblokiran tersebut sebenarnya simple. Seluruh wacana serta statement pemblokiran game PUBG muncul pasca kasus terorisme di New Zealand, hal tersebut terasa reaktif dan tanpa dasar karena secara Terang sang teroris sendiri melalui manifestonya menolak secara keras bahwa aksinya terinspirasi atau dilandaskan dari suatu Video Games.  Juga belum Terdapat studi yang menjelaskan bahwa video game menjadi elemen Primer yang menyebabkan sifat agresif.

1. Pemblokiran Satu atau Dua Game BUKANLAH SOLUSI

Source: Quora

Kekonyolan pertama ialah wacana yang diwacanakan serasa sangat Enggak solutif. Apakah dengan diblokirnya game PUBG maka masalah akan selesai ? apakah dengan diblokirnya game PUBG game serupa tak muncul?. Sudah banyak game yang bertemakan FPS yang menjamur di Indonesia, pemblokiran PUBG tentu tak akan menghentikan masyarakat mengakses game lain seperti PB, Free Fire, atau game tembak menembak lain. Tanpa adanya perbaikan batasan umur rating video games secara struktural gamers hanya akan berpindah-pindah game lain. Pembumi hangusan satu game YANG Terkenal hanya menjadi solusi reaktif jangka pendek Buat mencari-cari sensasi.

Baca Juga:  [Opini] Yu-Gi-Oh! Forbidden Memories adalah Game Yu-Gi-Oh! Terbaik?

2. Perbaikan Mental dan Sosialisasi Lebih Krusial

juegosviolentos
Source: techaddiction

Coba bayangkan Apabila seorang anak dilarang merokok tanpa memberi pengertian bahaya merokok “Anda tu ya Tetap kecil udah merokok ! gak boleh!” apakah anak akan berhenti ? atau malah curi-curi dibelakang ? silahkan dijawab MUI ataupun para Normies. Wacana yang hilang dari masyarakat kita adalah adanya ajaran mengenai toleransi, Unsur pendorong teroris di New Zealand Buat melakukan aksi gilanya adalah karena bebasnya senjata serta beredar minimnya toleransi terhadap Grup tertentu. Mengedukasi anak dan orang Sepuh tentang filter kekerasan dalam video games Malah lebih efektif, sosialisasi-sosialisasi seperti ini Malah ditinggalkan oleh pemerintah.


3. Undang-undang Serta Badan Tertentu Sudah Terdapat Loh

PEGI ESRB Rating Systems Featured

Mengapa wacana ini sebenarnya terasa agak aneh adalah karena pemerintah sendiri sudah Mempunyai aturan mengenai rating video games. Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 11 Tahun 2016 sebenarnya sudah Terang tentang adanya Komite Penggolongan Permainan Interaktf Elektronik yang bertanggung jawab Buat merating suatu video games. Berdasarkan aturan yang sama sebenarnya PUBG sendiri sudah dapat diklasifikasikan sebagai game Buat 18 tahun keatas karena konten darah serta senjata identik dunia Konkret. Bahkan Komite tersebut juga punya hak Buat mengkaji suatu game berdasarkan isu yang Terdapat, sehingga terasa aneh Apabila Kemkominfo Malah seperti menunggu kajian MUI dahulu.

Baca Juga:  6 Hal yang Perlu Dikembangkan Buat Membantu Gamer Disabilitas

Pemerintah hanya perlu tegas terhadap aturan yang mereka buat sendiri, anak dibawah umur perlu dibatasi, Tetapi aturan tersebut terasa hanya menguap diudara.


4.Video Games Sekarang Sudah Berbeda

1542883578418715

Mereka yang terjebak pola pikir masa Lampau terasa seperti orang Sepuh jadul yang memegang smartphone canggih. Menganggap kegunaanya hanya Buat telfon dan sms saja, Video game sekarang bukanlah sekedar entertainment ataupun pengisi waktu Senggang Lazim. Banyak hal positif yang sekarang menjadi sedang digaungi muda-mudi munculnya profesi baru seperti player E-sport ataupun Streamer merupakan buah dari pemanfaatan game di jaman sekarang.

jess no limit 20180808 164404

Jess No Limit serta pro player PUBG lain yang menghasilkan jutaan rupiah seakan tak dipandang oleh mereka yang kontra terhadap game PUBG. Menyantap game PUBG sebagai hal yang menimbulkan mudarat semata tanpa Menyaksikan hal-hal positif dibaliknya menunjukan betapa kolotnya pemegang aturan.

5. Oke Game Haram, Game Halal Kayak Gimana?

mui pertimbangkan fatwa haram pubg

Munculnya halal haram dalam suatu game sebenarnya Enggak Terdapat masalah, Tetapi Apabila suatu hal dianggap hitam maka Terdapat hal lain yang menjadi putih sebagai tolak ukurnya. Dapat kita bayangkan Apabila suatu game perlu memasukan nilai-nilai suatu Religi tertentu demi mendapat cap lolos. Perlu Terdapat-nya elemen Religi tersebut, perlu mengkaji berkali-kali agar cocok di setiap Religi ( karena game rata-rata dibuat secara Dunia bukan negara tertentu). Tetapi penyesuaian game atas unsur Kebiasaan dan juga kemanusiaan lebih rasional Buat diaplikasikan karena HAM itu menjadi tolak ukur yang dipakai mayoritas Seluruh negara.

Baca Juga:  Baiken Kian Towewew di Tiap Game Baru Guilty Gear

Intinya kalau memang MUI Betul-Betul serius mengharamkan suatu game, mereka juga perlu memberikan rujukan atau Surat keterangan yang Terang bagaimana suatu game Dapat dianggap Halal. Sehingga para developer Enggak kebingungan Buat menyesuaikan standarnya dengan pasar Indonesia ataupun Malaysia. Enggak hanya melarang sana sini tanpa adanya SOLUSI yang Konkret, penutupan dan pelarangan sebuah game hanyalah pengekangan negara terhadap kemajuan yang Terdapat.


Dimana diluar negeri terutama New Zealand sedang ramai game Fortnite dan Apex Legends Lampau mereka Malah memblokir PUBG Mobile atau PUBG Lazim semakin menunjukan betapa Enggak pekanya mereka, serta mudahnya konsumsi Hoax menyebar di Indonesia. Media yang menggoreng isu ini juga tak kalah konyol karena isu yang lebih Krusial dari kasus New Zealand Malah tertutupi dengan masalah pemblokiran Video Game Online.


Saya adalah penulis yang memfokuskan isu didalam dunia serta industri Video Games Apabila kalian Mau membaca tulisanku lain Dapat kalian baca disini.