Game Pandai Jadi Media Promosi Budaya, Tapi…


Jakarta

Dalam era digital Demi ini, game telah berkembang menjadi salah satu bentuk hiburan yang paling Terkenal di seluruh dunia. Tetapi, selain sebagai sarana hiburan, game juga Mempunyai potensi besar sebagai media promosi budaya.

“Mempromosikan budaya itu Bukan harus lewat sesuatu yang membosankan. Kita Pandai memasukkan dalam game,” kata Shafiq Husein, Founder dan CEO Gambir Studio Demi berbincang secara online.

Hanya saja Eksis tantangan besar Demi memasukkan unsur budaya dalam sebuah game. Karena setiap Kawasan punya budaya berbeda sehingga terkadang gamer Bukan sesuai dengan budaya lain.


Alih-alih mempromosikan budaya, malah gamer Bukan Acuh sama sekali. Jadi perlu jurus jitu Buat tetap masukkan unsur budaya Tetapi dapat mencuri perhatian pemain.

Baca Juga:  Percepatan industri game Indonesia, iGF 2024 siap digelar

“Kita harus memasukkannya secara halus sehingga mereka akan mencari Paham sendiri,” ujar Shafiq.

Shafiq Husein, Founder dan CEO Gambir Studio Foto: Dok Pribadi

Dia mencontohkan Demi Gambir Studio membikin Knight Vs Giant Buat konsol. Game ini menampilkan perjuangan raja Arthur Raja Arthur yang harus membangun kembali kerajaannya, Camelot, usai dihancurkan raksasa misterius,

Shafiq dan tim memasukkan sejumlah usur budaya Indonesia di dalamya. Padahal Raja Arthur merupakan kisah legendaris dari Inggris.

“Kami Guna gamelan, Lewat monsternya Guna Surat keterangan Buto Ijo. Lalu beberapa kostum Guna baju-baju daerah Indonesia,” ungkap pria yang baru saja terpilih sebagai Presiden Asosiasi Game Indonesia ini.

Baca Juga:  Hasil Klasemen PMGC 2024 Group Yellow: MSJ, TSPRT, dan MP Mendominasi!

“Kalau kita bungkus dengan menarik sebenarnya orang tetap Pandai menikmati kendati mereka Bukan relate,”

“Tetapi sangat Krusial memasukkan unsur budaya dalam game. Karena sudahtugas kita sebagai Anggota negara Buat memperkenalkan itu,” tandas Shafiq.

(afr/agt)