Meski jenis smartphone-nya Enggak banyak, ASUS selalu mencoba Demi hadirkan opsi yang menarik dan Enggak Lazim. Tak terkecuali ASUS Zenfone 8 yang sejatinya rilis Dunia sejak Maret Lampau, Tetapi hadir terlambat di Tanah Air. Juga datang sendirian tanpa opsi varian yang punya kamera putar.
Ya, nasib Zenfone di Indonesia memang berbeda dari saudaranya yang cukup merajai smartphone gaming, yakni ROG Phone. Dua tahun Lampau, Zenfone 6 datang sangat terlambat, kemudian generasi barunya di-skip Tiba akhirnya membawa Zenfone 8 langsung. Sejatinya perangkat ini punya daya tarik yang kuat, jadi opsi Snapdragon 888 Formal termurah.
Baca juga: Review ASUS ROG Phone 5: Flagship dengan Performa & Audio Terbaik
Tak hanya itu, juga cocok bagi konsumen yang inginkan perangkat flagship dengan dimensi mungil. Terutama yang lebih terjangkau dan konvensional, ya, karena kalau Enggak Terdapat halangan budget sih Dapat juga memilih Galaxy Z Flip 3. Dan ketika pertama kali diresmikan, efeknya juga cukup ramai, banyak diperbincangkan di media sosial.
Tetapi sepertinya, apa yang terjadi pada iPhone 12 mini juga “mendampingi” kehadiran ASUS Zenfone 8. Tetapi secara keseluruhan, mutlak jadi smartphone Android kecil terbaik, bahkan Dapat Bertanding dengan flagship mainstream lainnya. Berikut ulasan lengkapnya.
Desain
Awalnya saya mau bilang kalau “mungkin karena dimensinya yang kompak, tak banyak yang Dapat ditingkatkan pada desain dari ASUS Zenfone 8.” Tapi yah, iPhone 13 mini Lagi Dapat tampil dengan lebih stylish seperti flagship premium. Sementara yang satu ini, halusnya, dirancang Demi melebur dengan perangkat mid-range.
Padahal secara material sudah premium. Bingkai aluminium, Gorilla Glass Victus di depan, Gorilla Glass 3 di belakang (yang dibuat matte, tapi sayangnya mudah meninggalkan bekas sidik jari), dan di tangan terasa sangat kokoh. Bobotnya 169 gram dengan ketebalan 8,9mm. Terdapat sertifikasi IP68 pula.
Tapi ya begitu, kurang terlihat mahal aja. Paling-paling yang menarik selain dimensi, hanya aksen tombol power-nya aja yang cukup mencolok Tetapi tak berlebihan. Tonjolan kamera belakangnya juga cukup tipis, tak mengganggu ketika diletakkan di atas meja. Kalau Ingin lebih terlihat, mungkin Dapat pilih opsi Rona Horizon Silver ya.
Yang cukup Spesial, ASUS sertakan hard case dalam paket penjualan ASUS Zenfone 8. Punya tekstur Spesifik, membuatnya Enggak licin sembari melindungi kaca kamera. Yang saya suka nih, bagian bawahnya Enggak menutupi slot kartu SIM. Jadi kalau seumpama mau ganti, tak perlu copot case. Sembari melindungi keempat sudut perangkat.
Layar
Inilah bagian yang saya suka dari ASUS Zenfone 8. Keempat bezel layarnya dibuat cukup tipis dan Nyaris seimbang terutama di bagian Rendah. Jadi walaupun bodinya kompak dalam genggaman, Lagi Dapat berikan diagonal 5,9 inci. Guna panel Super AMOLED full HD+ dengan refresh rate 120Hz.
Yang cukup Spesial, tak hanya opsi 60Hz dan 120Hz, juga Terdapat opsi 90Hz yang Dapat dipilih. Layar ASUS Zenfone 8 Dapat menyala sangat terang Ketika di luar ruangan, dan mendukung always-on display dengan tampilan jam yang cukup variatif. Dimensi kamera depannya juga tergolong kecil.
Sensor fingerprint-nya juga sudah disematkan di balik kaca layar. Karena dimensi perangkat lebih kecil, posisinya dibuat agak tinggi, sehingga ibu jari tak perlu terlalu ke Rendah alias lebih pas Demi buka kunci layar. Akurasi dan kecepatan tergolong Berkualitas Demi vendor yang jarang rilis smartphone.
Menurut saya, dimensi layar ASUS Zenfone 8 berhasil menyentuh sweet spot, di mana cukup kecil Demi dipegang satu tangan, tapi Lagi cukup besar Demi konsumsi serial televisi dari platform streaming langganan. Tak Ingin aktifkan AOD? Terdapat lampu LED di bodi Rendah Demi berikan tanda notifikasi.
Kamera
Secara jumlah memang Enggak banyak, dan modul kameranya dibuat mirip seperti iPhone generasi tahun Lampau. Secara vertikal, disematkan sensor kamera Istimewa Sony IMX686 64MP yang sudah dikenal cukup capable, dengan tambahan stabilisasi berbasis hardware alias OIS. Yang tak kalah menarik adalah dua sensor pelengkap lainnya.
Sensor ultra-widenya beresolusi 12MP, gunakan sensor Sony IMX363. Kamera depan? Sony IMX663 12MP. Yang menarik, keduanya mendukung Dual Pixel PDAF, di mana kompetitor kebanyakan hanya fixed focus. Jadi Dapat berikan fleksibilitas tinggi dengan Pusat perhatian presisi, dari jarak dekat sekalipun. Mode pengambilan gambar juga tergolong lengkap.
Tanpa harus mengubah ke mode malam, ASUS Zenfone 8 secara Mekanis aplikasikan mode tersebut dengan indikator logo bulan kecil lengkap dengan perkiraan durasi pengambilan, plus ilustrasi hasil foto yang semakin cerah hingga foto selesai diambil. Nah, Demi mode potret, secara Mekanis berikan crop kisaran 1.5x, mungkin agar lebih natural.
Secara keseluruhan, hasil foto tergolong cukup tajam termasuk sensor ultra-wide sekalipun. Rona juga Presisi, meski dalam beberapa kondisi pencahayaan indoor jadi sedikit kuning atau warm. Jangan lupa matikan AI enhancement yang terkadang malah bikin obyek Orang jadi lebih kontras dengan kulit lebih halus.
ASUS juga tawarkan 2x lossless zoom dengan melakukan proses digital Demi tingkatkan ketajaman foto, dan hasilnya memang oke. Night mode-nya juga sangat bagus Demi menangkap momen malam hari, meski memang harus sedikit sabar karena membutuhkan waktu tangkap Tiba empat detik. Sayangnya, absen Demi kamera depannya.
Hasil foto lengkap dari kamera ASUS Zenfone 8 Dapat diakses pada album berikut ini.
Nah, perekaman videonya juga nggak kalah spesial. ASUS Zenfone 8 Dapat merekam video Tiba resolusi 8K bahkan 4K 60fps—Spesifik yang pertama, hanya Dapat sensor Istimewa saja. Dan kalau Ingin Dapat berpindah antara kedua sensor di belakang, maksimum di resolusi full HD saja. Smartphone ini juga didukung teknologi OZO Audio, Dapat mereduksi Bunyi angin atau difokuskan ke Bunyi Orang.
Selain stabilisasi yang Terdapat di menu pengaturan, juga Dapat aktifkan stabilisasi tambahan yang Terdapat di viewfinder, dan hasil perekamannya pun sudah tergolong flagship-grade. Dengan kamera depan yang mendukung resolusi 4K, jadi cocok juga Demi keperluan vlogging.
Fitur
Selayaknya toserba, ASUS Zenfone 8 punya Nyaris semuanya yang Gizmo friends inginkan dalam sebuah smartphone. Audio jack, speaker stereo yang berkualitas, lampu notifikasi LED, vibration motor yang mantap, semuanya Terdapat. Paling-paling hanya Enggak Terdapat slot kartu microSD saja.
Tampilan antarmuka yang digunakan juga cukup menyenangkan. Di satu sisi terlihat clean seperti Android murni, Tetapi bila ditelusuri lebih dalam, Terdapat banyak kustomisasi yang dapat dilakukan. Ganti skema Rona, bentuk font dan ikon, Tiba menghilangkan notifikasi tertentu di bar atas, Seluruh Dapat ditemukan tanpa harus ubek-ubek opsi developer.
Gandakan aplikasi media favorit? Dapat. Layarnya Lagi terasa terlalu besar? Terdapat mode satu tangan yang Dapat diaktifkan dengan gestur tertentu. Aplikasi panggilan video seperti Google Duo juga berjalan Fasih di ASUS Zenfone 8, jadi lebih mantap dengan speaker lantang dan kamera depan yang mendukung autofokus.
Performa
Mengingat chipset yang digunakan adalah yang terbaik Ketika ini, saya berekspektasi kalau kejadian di iPhone 12 mini bakal terulang. Baterai besar, dimensi kecil, “wah bakal cepet panas nih.” Nyatanya Enggak, karena suhu bodi jauh lebih terjaga meski dalam penggunaan intensif.
Terutama kalau sudah Guna hard case, tentunya, bakal Enggak terasa panas Ketika bermain gim. Ya Terdapat panasnya, sih, tapi karena di 12 mini sepanas itu, jadi Dapat lebih memaklumi. Dan memang chipset Qualcomm Snapdragon 888 Lazim dikenal panas, jadi Lagi dalam Tingkat cukup normal di ASUS Zenfone 8.
Performanya juga sangat Fasih Berkualitas dalam kecepatan buka aplikasi serta multitasking, meski kapasitas RAM-nya “hanya” 8GB, dan tanpa fitur kekinian lain seperti virtual RAM yang mengambil sejumlah kapasitas penyimpanan internal. Tapi kalau memang dirasa kurang luas, diberikan opsi RAM 12GB yang selisih harganya jauh lebih mahal.
Baterai
Dengan dimensi fisik yang sekecil ini, ASUS Lagi Dapat menyematkan kapasitas baterai yang tergolong besar, yakni 4,000 mAh pada ASUS Zenfone 8. Kalau diumpamakan, Dapat setara dengan smartphone flagship layar besar lainnya yang punya baterai 500-1,000 mAh lebih besar.
Selama Nyaris dua pekan pemakaian, rata-rata Dapat bertahan seharian, Berkualitas penggunaan kasual Tiba agak berat seperti akses kamera maupun menjadikannya sebagai mobile hotspot. Melewati ekspektasi saya pribadi, terutama always-on display juga saya nyalakan. Enggak terasa boros sama sekali meski dimensinya mini.
Teknologi pengisian dayanya memang bukan yang terkencang, yakni 30W dan tanpa dukungan wireless charging. Adapter-nya pun agak pilih-pilih, karena ketika saya pasangkan dengan GaN charger 65W Punya Baseus, Enggak Dapat terisi Segera kecuali port lainnya juga sedang digunakan. Sedikit aneh, sih, semoga hanya masalah software saja.
Proses isi daya dari Nyaris habis hingga penuh membutuhkan waktu kurang dari 90 menit. Tengah-Tengah, bukan yang terkencang, tapi juga sudah cukup oke. ASUS juga sediakan banyak opsi tambahan Demi menghemat dan perpanjang masa Guna baterai lewat fitur ekstensif yang Dapat diaktifkan secara manual.
Konklusi
Sadar nggak, kalau overall impresi saya terkait ASUS Zenfone 8 oke-oke saja? Performanya kencang, baterai awet, kamera depan belakang bagus, dimensinya kecil. Lagi Terdapat audio jack pula, yang sekarang sudah makin jarang bahkan di kelas mid-range sekalipun.
Beberapa kekurangannya hanya minor saja, dan sangat Dapat dimaklumi mengingat harga jualnya juga tergolong murah. Sepertinya smartphone berukuran kompak memang hanya sekadar memikat saja, alias tak langsung Membikin konsumen Demi memilikinya karena sudah terbiasa dengan smartphone layar besar.
Spesifikasi ASUS Zenfone 8
General
Device Type |
Smartphone |
Model / Series |
Asus Zenfone 8 |
Released |
13 Mei, 2021 |
Status |
Available |
Price |
Rp7.999.000 (8/128), Rp11.999.000 (16/256) |
Platform
Chipset |
Qualcomm SM8350 Snapdragon 888 5G (5 nm) |
CPU |
Octa-core (1×2.84 GHz Kryo 680 & 3×2.42 GHz Kryo 680 & 4×1.80 GHz Kryo 680) |
GPU |
Adreno 660 |
RAM (Memory) |
8/16GB |
Storage |
128/256GB |
External Storage |
– |
Operating System |
Android 11 |
User Interface |
ZenUI 8 |
Design
Dimensions |
148 x 68.5 x 8.9 mm |
Weight |
169 g |
Design Features |
Glass front (Gorilla Glass Victus), glass back (Gorilla Glass 3), aluminum frame |
Battery |
Li-Po 4000 mAh, non-removable Fast charging 30W |
Display
Screen Type |
SUPER AMOLED, Capacitive Touchscreen, Multi-touch |
Size and Resolution |
5.9 inches, 1080 x 2400 pixels, 20:9 ratio (446 ppi) |
Touch Screen |
Yes |
Features |
Stereo speakers In-Display Fingerprint Sensor Support Always On Display |
Network
Network Frequency |
GSM / HSPA / LTE / 5G |
SIM |
Dual SIM (Nano-SIM, dual stand-by) |
Data Speed |
– |
Camera
Multi Camera |
Yes (Rear) |
Rear |
64 MP, f/1.8, 26mm (wide), 1/1.73", 0.8µm, PDAF, OIS; 12 MP, f/2.2, 112˚, 14mm (ultrawide), 1/2.55", 1.4µm, dual pixel PDAF |
Front |
12 MP, f/2.5, 28mm (standard), 1/2.93″, 1.22µm, dual pixel PDAF |
Flash |
Yes |
Video |
8K, 4K@30fps, 1080p@30/60fps |
Camera Features |
LED flash, HDR, Pemandangan, Dual PD autofocus, |
Connectivity
Wi-fi |
Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac/6e, dual-band, Wi-Fi Direct, hotspot |
Bluetooth |
5.2, A2DP, LE, aptX HD, aptX Adaptive |
USB |
USB Type-C 2.0 |
GPS |
Yes, with dual-band A-GPS, GLONASS, GALILEO, BDS, QZSS, NavIC |
HDMI |
No |
Wireless Charging |
No |
NFC |
|
Infrared |
No |
Smartphone Features
Multimedia Features |
Stereo speakers |
FM Radio |
Yes |
Web Browser |
HTML 5 |
Messaging |
SMS, MMS, Online |
Sensors |
Fingerprint (under display, optical), accelerometer, gyro, proximity, compass |