Pembaca tentu paham dengan adanya beberapa kejadian terakhir yang melibatkan pelecehan seksual, rasisme dan diskriminasi. Ini merupakan sesuatu yang sering terjadi dikalangan gamer secara Dunia yang Membangun penulis sendiri agak resah apabila Lagi berkelanjutan. Penulis sendiri belum memastikan apakah adanya diskriminasi, rasisme dan pelecehan seksual di dalam game online sudah sering terjadi atau Kagak di Indonesia. Menurut penulis sendiri hal ini sudah mendekati sesuatu yang Kagak etis, bahkan pelaku yang melakukan hal tersebut dapat dianggap sebagai toxic player.
Perlakuan seperti ini Dapat seperti melontarkan kata-kata Kagak Layak seperti meminta Demi mengirim foto bugil, adanya perkataan Kagak senonoh kepada Gamer Perempuan, catcalled dan lainnya. Hal-hal seperti ini Membangun gamer Perempuan menjadi Kagak nyaman ketika bermain game, bahkan Membangun mereka kesulitan Demi Konsentrasi pada permainan dan harus mematikan Berkualitas text chat maupun voice chat pada game tersebut. Hal ini diketahui juga sering terjadi pada game yang bersifat team-based seperti DoTA2, CS:GO, Rainbow Six: Siege dan lainnya. Kagak banyak para gamer Perempuan yang mencoba Demi membicarakan hal ini atau speak-up atas permasalahan ini.
Fenomena ini bila ditelusuri kejadiannya di Indonesia, penulis Kagak banyak menemukan kasus mengenai adanya pelecehan secara verbal melalui game online, hanya Eksis beberapa artikel saja yang mencoba Demi membahas permasalahan ini. Hal ini juga yang Membangun para media juga sulit Demi memberikan edukasi kepada masyarakat. Apabila hal ini juga sering terjadi di Indonesia dan Kagak banyak gamer Perempuan yang Kagak membicarakan permasalahan ini, tentu akan menjadi masalah yang serius di kemudian hari. Penulis hanya menemukan pelecehan semacam ini di lingkungan kerja atau lingkungan sekitarnya. Tapi sepertinya Kagak banyak pula yang menyadari game online juga dapat menjadi sarang para pelaku pelecehan di dunia maya.
Ini bukan berarti game online bukanlah sesuatu yang Jelek bagi para Perempuan, hal ini Bahkan membutuhkan pengawasan dari beberapa pihak seperti dari pihak developer sendiri. Fungsi report pada game online menurut penulis Lagi kurang cukup Berkualitas Demi memberantas hal ini, bayangkan bila seorang player yang sudah direport tetapi Mempunyai backup account, tentu player tersebut dapat tetap melakukan aksinya terhadap gamer Perempuan. Fungsi report yang digunakan tentu perlu dikembangkan dengan pilihan seperti “Sexual Assault”, “Harrassment” dan lainnya. Karena secara Standar fungsi report hanya menampilkan tombol report saja atau hanya dengan pilihan “AFK”, “Low Skill Level”, “Using Cheats” dan Lagi banyak lainnya.
Beberapa content creator Berkualitas dari Twitch dan juga Youtube sering mengalami hal seperti ini, bahkan mereka sempat merekamnya. Dibawah merupakan 5 gamer Perempuan yang pernah mengalami hal tersebut, tentu 5 gamer Perempuan tersebut hanyalah sebagian kecil dari Pemain yang pernah merasakan pelecehan maupun mendapatkan perlakuan yang Kagak sepantasnya.
1. Leena Van Deventer
Merupakan seorang penulis Kitab, game director dan juga seorang player. Pengalamannya ketika bermain video game Begitu itu adalah ketika ia bermain Team Fortress 2, ia mendapati seorang player melakukan pelecehan seperti meminta foto bugil, menanyakan pakaiannya serta Eksis Pemain yang melakukan masturbasi ketika permainan berlangsung. Leena mengaku bahwa ia mendengar Pemain yang masturbasi tersebut melalui voice chat yang aktif. Tentu pengalaman tersebut merupakan sesuatu hal yang sangat Kagak Dapat ditoleransi. Hal ini Membangun Leena juga menulis sebuah Kitab sebagai co-author yang berjudul “Game Changers: From Minecraft to Misogyny, The Fight for The Future of Videogames” Berbarengan dengan Dr. Dan Golding, yang bertujuan Demi dibaca oleh masyarakat atas adanya diskriminasi dan rasisme di dalam sebuah video game.
2. Chassidy Kaye a.k.a Cupcake
Salah satu streamer, Cupcake, mendapati bahwa dirinya adanya perlakuan Kagak Layak ketika bermain video game. Begitu itu ia sedang bermain Overwatch dan beberapa Pemain pria yang mengatakan “Go mop my floor” dan lainnya secara samar-samar, yang sebenarnya hal itu Kagak sopan Demi dikatakan kepada Pemain Perempuan. Penulis sendiri Kagak begitu mendengar beberapa kalimat lain yang dikatakan karena para Pemain pria tersebut tertawa keras. Pembaca Dapat mengklik link berikut Demi mengetahui lebih lanjut https://twitter.com/chassidykaye/status/1150430606700044289?s=20
3. Marti a.k.a Onmarti
Eksis kasus yang baru-baru ini terjadi yang dialami oleh Onmarti. Perilisan Valorant pertama kali Begitu itu ditemukan kejadian yang Kagak menyenangkan. Ketika Onmarti bermain Valorant di mode bomb atau Spike dan Nyaris memenangkan ronde, seorang Pemain pria melontarkan kata-kata rasis seperti “Textbook Woman” dan merasa kesal kenapa harus Perempuan yang men-defuse bomb. Kagak Pelan, hal ini Membangun Riot mengambil tindakan Demi meningkatkan kenyamanan dan keamanan para Pemain terhadap kejadian seperti ini. Pembaca Dapat mengklik link berikut Demi mengetahui detailnya https://twitter.com/Onmarti/status/1260862564470263808?s=20
4. Anne a.k.a Annemunition
Anne terkenal dengan julukannya sebagai Annemunition, dan namanya semakin melejit ketika ia dikenalkan di salah satu scene eSport Rainbow Six: Siege yakni Six Invitational 2018. Perempuan dengan paras Elok satu ini Kagak luput dari perlakuan Kagak Layak selama bermain game. Beberapa kejadian bahkan dinilai etis seperti salah streamer di Twitch melakukan hal seperti “mencium” Anne dengan Langkah mengubah posisi kamera stream mendekati Persona Anne. Pembaca Dapat mengklik link ini Demi mengetahui video yang Kagak etis tersebut, bayangkan saja itu dilakukan dengan banyak penonton https://twitter.com/AnneMunition/status/1095444228920856576?s=20
5. Samantha Schwemm a.k.a. Spawntaneous
Spawntaneous dikenal di kalangan player Rainbow Six: Siege dengan konten di youtube yang berjudul “ OMG a girl!”, sebuah kompilasi Spawntaneous menghadapi para player yang melakukan pelecehan dan juga Berbagai Ragam Pemain toxic yang bermain bersamanya.
Beberapa kejadian ini tentunya cukup menjadi pembelajaran bahwa hal-hal seperti ini Semestinya sesuatu hal yang memalukan Demi dilakukan. Sekalian orang bahkan para Perempuan sekalipun Mempunyai hak yang sama dengan para pria. Adanya diskriminasi, rasisme dan pelecehan seksual Berkualitas secara verbal maupun non-verbal perlu menjadi perhatian yang cukup serius. Sekalian orang berhak mendapatkan perlakuan yang sama, dimulai dari dengan menghargai seseorang yang berada disekitar kita.