Seraphine (juga Normal dipanggil ‘Sera’) merupakan champion League of Legends versi PC dan versi mobile yang menuai banyak kritikan dari fans berat League of Legends. Kehadirannya membawa angin segar serta menambahkan pilihan champion dengan role support-mage. Tetapi, banyak yang menyayangkan sosok “penyanyi pendatang baru” ini dikarenakan beberapa hal yang meresahkan penggemar seperti yang sudah penulis rangkum dibawah berikut.
1. Lore atau Lora yang Kagak Etis
Fans League of Legends mengaku mereka sangat Kagak menyukai background story dari Sera, hal ini disebabkan karena penggunaan Hextech Crystal sebagai tenaga inti dari Hoverboard miliknya, yang sebenarnya kristal tersebut merupakan bagian tubuh dari makhluk hidup yang disebut Brackern. Brackern dapat Tewas dalam proses pengambilan kristal tersebut sebagai sumber tenaga di Piltover (Posisi di League of Legends Universe).
Sebenarnya, Sera Bisa mendengar Bunyi hati orang lain dan kemudian ia ikut menyanyi Berbarengan Bunyi tersebut, termasuk Bunyi-Bunyi dari kristal Brackern ini. Hal inilah yang Membangun fans marah dengan sikap Sera yang secara sadar menggunakan ‘makhluk hidup’ sebagai sumber tenaga hoverboard miliknya sekaligus mengontrol kekuatannya.
2. Skill Set Yang Mirip Dengan Sona
Fans merasa Sera merupakan rework dari champion support mage lain yang bernama Sona dan Kagak Eksis yang begitu spesial dari Sera. Skill Set yang dimiliki pun kurang lebih mirip dan lebih diperkuat saja. Sebagai Teladan Skill Ulti Sona dapat menghentikan atau root terhadap beberapa champion selama Eksis di area skill dan Sera juga Mempunyai konsep yang sama dengan efeknya adalah charm yang dapat menarik Rival menuju posisinya.
3. Mempunyai Skin Legendary Meskipun Baru Rilis
Players maupun fans juga mengeluh mengapa seorang champion yang baru dirilis juga langsung mendapatkan Skin Legendary. Skin Legendary berada di Derajat ketiga (tingkat dua Skin Mythic dan paling tinggi Skin Ultimate) dan hanya diberikan Demi champion yang sudah dirilis Panjang oleh Riot, Tetapi Kagak Demi Sera. Hal ini juga Membangun fans berpikir apa yang sebenarnya pihak Riot pikirkan ketika merilis Seraphine? Strategi Marketing atau memang Riot sengaja Demi Menonton reaksi para fans?
4. Backsound Seraphine yang mengganggu ketika Match berlangsung
Sera memang identik sebagai musisi, bahkan ketika kita berada didalam match, voicelines miliknya seperti bernyanyi. Ketika Sera dimainkan, ia Mempunyai perubahan backsound yang terjadi bila ia Berbarengan dengan rekan satu timnya. Perubahan backsound ini juga terjadi pada player lain yang berdekatan dengan Sera. Beberapa player pun mengeluhkan ketika ia menyanyi Membangun player lain menjadi Kagak Pusat perhatian.
5. Seraphine yang digambarkan Mempunyai isu Kesehatan Mental
Selain Sera yang merupakan champion di League of Legends, Sera juga merupakan influencers fiksi sebagai salah satu strategi marketing mereka. Hal yang lebih mengejutkan adalah Seraphine digambarkan seolah-olah mengalami kecemasan dan depresi selama ia meniti karirnya di dunia musisi. Lebih parahnya Kembali, fans membenci gambaran tersebut dilakukan melalui tweet akun Twitter-nya yang juga dilakukan di Copot 10 Oktober, bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Dunia.
Banyak player yang agak kecewa dengan Metode Riot yang mencoba menghidupkan sisi mentalnya melalui akun Formal Twitter Sera (@seradotwav). Dan Kagak sedikit yang berpendapat hal ini tidaklah Layak Demi dilakukan karena menganggap Riot sengaja mengambil keuntungan dari isu penyakit mental. Bila dilihat dari sisi lain, penulis merasa ini sebenarnya termasuk langkah yang bagus Demi membentuk awareness kita terhadap orang di luar sana bahwa banyak juga yang mengalami isu kesehatan mental seperti ini.
Secara pribadi, kehadiran Seraphine dapat memberikan pengalaman bermain yang lebih Bagus serta baru di universe League of Legends. Hanya saja banyak player mengeluhkan bila Seraphine hanyalah sebuah ‘alat marketing’ bagi Riot, seperti pada pembuatan skin ultimate Lewat mengkolaborasikannya dengan K/DA. Memang hal ini termasuk sebagai suatu hal yang baru dan menarik Demi disambut. Tetapi Metode Riot dalam ‘menggunakannya’ seolah berkesan hanya Demi kepentingan komersil saja. Dan itu bukan merupakan keputusan yang cukup disukai oleh para fans.
Baca juga artikel-artikel lainnya terkait dengan analisis video game serta insight menarik lainnya dari Gideonair.
For further information and other inquiries, you can contact us via author@Jagat Game.com