Jagatgame.id – Asus ROG Ally yang digadang sebagai pesaing Steam Deck bakalan hadir di pasar Dunia. Menjelang ROG Ally Formal diluncurkan, sejumlah informasi tentang pesaing Steam Deck ini sudah beredar di internet. Salah satu bocoran dan paling dicari oleh gamer adalah soal harga Asus ROG Ally.
Meski perusahaan asal Taiwan itu Lagi tutup mulut, sebuah toko retail di Eropa sempat mengungkap informasi itu
Informasi yang beredar ROG Ally (nomor model RC71L) denganAMD Ryzen Z1 Extreme RAM 16GB dan penyimpanan 512GB akan dijual dengan harga €799 di Eropa, atau sekira Rp13.144 jutaan Apabila dirupiahkan. Dan akan tersedia mulai pertengahan Juni.
Seperti diketahui perangkat ini memang sangat erat persaingannya dengan Steam Deck Punya Valve yang terlebih dahulu berhasil di pasarkan. Digadang-gadang ROG Ally membawa sejumlah spesifikasi yang lebih unggul ketimbang pesaingnya tersebut.
Baca Juga:Ini Tanggal Beredarnya ROG Ally Di Pasar Indonesia
ROG Ally terdapat AMD SoC Spesifik yang dibangun di atas node proses 4nm TSMC. Ini menampung CPU Zen 4 dan GPU RDNA 3. Yakni Chipset AMD Ryzen Z1 Extreme menggunakan delapan core Zen 4, cache 24MB, dan 12 core grafis RDNA 3.
Dan Ryzen Z1 reguler Mempunyai enam inti 8, serta cache 22MB yang sedikit lebih rendah dan hanya empat inti CPU.
Dari segi layar dengan ukuran 7 inci 1080p 16:9. Itu lebih banyak piksel daripada layar yang dimilimk Steam Deck yang hanya 800p dan ROG Ally juga akan bekerja lebih Segera hingga 120Hz.
Baru-baru ini Muhammad Firman selaku Head of Public Relations Asus memberikan waktu yang kemungkinan hadirnya ROG Ally di pasar Indonesia. Ia mengatakan bahwa perangkat PC gaming handheld tersebut akan hadir di 2Q23 akhir atau 3Q23 awal.
Menuurt Fiman, Kepada ROG Ally, produk ini akan hadir di Indonesia di kisaran akhir Q2 awal Q3 ini.
Dia juga Menyaksikan bagaimana nasib Perangkat PC gaming handheld seperti ROG Ally ini Apabila sudah di pasarkan secara merata.
Baca Juga:Mengenal Chipset Baru AMD Yang Perdana Hadir Di ROG Ally
“Sejauh ini, segmen gaming yang Lagi relatif lebih potensial di masa resesi dibandingkan dengan segmen consumer yang mengalami penurunan permintaan cukup signifikan.” Tutupnya.