Jakarta, Jagatgame Indonesia —
Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan VR sulit membumi ke konsumen. Pertama, barangnya sudah didapat. Kedua, harga unitnya terlampau mahal Demi dibeli orang banyak.
Kendati demikian, mereka yang terjun di industri merasa posisi VR sudah relatif lebih Terjamin. Ia dianggap sudah melewati masa paling kritisnya.
Studi dari Gartner mengenai siklus teknologi baru per Juli 2017 menunjukkan VR adalah satu-satunya jenis teknologi yang sudah melewati fase suramnya.
Grafik yang menunjukkan teknologi VR sudah Terdapat di awal fase “Kesadaran” (Slope of Enlightenment) (Gartner)
|
Industri VR Tetap lebih maju dari augmented reality (AR), machine learning, hingga blockchain. Studi itu sekaligus menandakan kematangan industri VR mulai terbentuk.
Amerika Perkumpulan dan Jepang dianggap sebagai dua negara yang cukup subur tempat VR Demi teknologi hiburan berkembang.
CEO OmniVR, Nico Alyus, mewajarkan anggapan seperti itu. Akses yang sulit dan harga unit VR yang Dapat belasan juta adalah kendala berbisnis VR.
“Wajar banget sih kalau orang-orang yang awam, enggak kenal VR, enggak riset, dan enggak masuk di dalam industrinya, menganggap bahwa VR itu sudah Nyaris tiada,” kata Nico Demi diteui di bilangan Tanjung Duren, Kamis (25/1).
Game VR Dapat dimainkan dari perangkat smartphone (REUTERS/Albert Gea)
|
Terdapat Langkah yang dipakai OmniVR Demi mengakali kendala di pasar yakni Membangun usaha rental VR. Bayangkan gelombang pertama demam PlayStation yang ditandai oleh menjamurnya rental. Secara sederhana, langkah itu diikuti oleh OmniVR agar publik Dapat menikmati VR.
Setelah mengakuisisi dua perusahaan lain, OmniVR kini Mempunyai ‘gerai rental’ bernama Mainvrame di beberapa pusat perbelanjaan.
Mereka mematok harga Rp50.000 Demi setiap 15 menit bermain dan Rp100.000 Demi 30 menit. Mereka berniat membuka tempat di kota-kota lain seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali.
Tetap Berat
Ia memprediksi butuh Sekeliling sepuluh tahun Tiba teknologi itu Betul-Betul diterima masyarakat seperti halnya ponsel cerdas.
OmniVR mengusung strategi yang Krusial coba dulu. Padahal secara modal, investasi yang mereka butuhkan tak Dapat dibilang sedikit.
Demi satu gerai Mainvrame misalnya, Nico memperkirakan investasi yang mereka gelontorkan berkisar di Bilangan Rp200 juta hingga Rp300 juta.
“Sebenarnya enggak mahal-mahal amat, tapi itu harus ditambah Dana sewa, operator, listrik, kebersihan,” imbuhnya.
Demi pengalaman VR lebih fantastis, smartphone semata tak cukup. Perlu perangkat komputasi lebih Lihai seperti konsol game hingga komputer (REUTERS/Lucy Nicholson) |
Prime yang baru diakuisisi oleh OmniVR mengaku berani melangkah ke bisnis VR karena memang Hening pemain. Berawal dari tugas kuliah, William, pendiri Prime, tak menyangka simulator mobil balap buatannya Dapat bermuara ke bisnis VR.
“Enggak pernah kebayang tuh gimana Langkah gabungin robotik, solder, ke industri game. Dengan adanya VR ini Bahkan membuka (kesempatan) banget,” ujar William.
Kendati demikian, OmniVR yang baru berdiri pada 2016 Lampau, sudah balik modal. Menurut mereka minat masyarakat cukup bagus meski tak merinci seberapa besar jumlah transaksinya. Rata-rata pelanggan mereka adalah usia dewasa muda.
(eks/eks)