[OPINI] Turn Based RPG Bikin Ngantuk? Apakah Gamer Indonesia Kurang Suka Combat Jadul Ini?

Turn Based RPG Bikin Ngantuk – Mulai dari sekian banyak Aliran game, RPG merupakan salah satu dengan popularitas luar Lumrah. Mulai dari sejarah yang sudah pernah kami bahas sebelumnya, akar video game RPG berasal dari game tabletop seperti Dungeons & Dragons.

Game ini pun Mempunyai berbagai Ragam combat. Mulai dari turn-based, action, atau gabungan keduanya. Turn based RPG dulunya menjadi paling banyak diadopsi oleh developer, terutama oleh dev Jepang.

Alasannya simpel, keterbatasan hardware Membangun mereka Tak Bisa Kepada menciptakan gameplay yang imersif, banyak input dalam satu waktu, dan terlalu banyak motion. Seiring berkembangnya Era, game RPG turn-based pun mulai ditinggalkan.

Studio game lebih suka mengembangkan game dengan combat action yang serba kebalikan dari turn-based.

Game Action RPG lebih luwes, Watak bebas digerakkan, mendukung multiple input sekaligus, hingga lebih imersif karena menempatkan player sebagai pusat sorotan. Alhasil, banyak sekali dev game yang dulunya mengembangkan game bertipe turn-based, sekarang malah jarang Membangun game seperti itu.

Benarkah Turn Based RPG Bikin Ngantuk?

Kenapa game Turn Based RPG kurang diminati?

Tapi, mungkin saja alasannya Tak sesimpel itu. Mungkin Eksis Argumen lain yang lebih mengakar. Mengapa game RPG dengan combat turn-based itu kurang diminati, setidaknya di Indonesia. Apakah orang kita Benar ngantuk kalau disuruh main game turn-based?

Baca Juga:  [OPINI] Kenapa Standar Spesifikasi PC Gaming Tahun 2023 Naik Drastis dari Tahun Sebelumnya?

Terlalu Banyak Teks

turn based rpg
Mucho texto

Sudah bukan rahasia kalau tingkat literasi di Indonesia sangatlah rendah. Menurut PISA (Program for International Student Assessment) yang diselenggarakan OECD di tahun 2019, Indonesia menduduki peringkat 62 dari 70 negara.

Agar artikel ini Tak terlalu membahas politik, poin pentingnya adalah: setidaknya dari Teladan di atas, kalian sudah Bisa memahami kalau Penduduk Indonesia kebanyakan Tak suka membaca dan memahami konteks tulisan. Jadi, jangan berharap kalau mereka akan menyukai game yang banyak teks seperti turn based RPG.

Dimana setiap command diberikan lewat teks dan Pengaruh tiap skill itu punya penjelasan panjang lebar. Jadi, sebelum mereka mulai paham, membacanya saja sudah mager. Apalagi boroboro suka. Belum Tengah banyak yang kurang menguasai bahasa Inggris, dasar sekalipun. Hingga meme ‘Tak Bisa bahasa Inggris’ itu meskipun Menggemaskan, kadang juga miris.

Nyerang Kok Gantian

turn based rpg
Gameplay Turn Based RPG Persona 5

Salah satu yang banyak dikritisi oleh gamer sekarang adalah soal combat yang harus menyerang bergantian. Gamer generasi Gen-Z kebawah memang lebih mengenal game yang Segera dan butuh koordinasi mata dan input. Jadi ketika mereka dihadapkan dengan gameplay yang Tak memerlukan Seluruh itu, yang Eksis malah membosankan.

Baca Juga:  Apakah Tombol Skip Genshin Impact Perlu Diimplementasikan?

Banyak yang mengeluhkan kalau interaksi secara Tak langsung ini Membangun gameplay terasa Jenuh. Mereka menginginkan interaksi secara real-time atau bahkan dengan orang Asli. Sedangkan kebanyakan game turn-based jadul itu, player dihadapkan dengan AI (NPC). Tiba istilah game turu menjadi Terkenal di kalangan gamer Indonesia.

Terlalu Banyak Mikir

turn based rpg
Terlalu banyak mikir Tiba ngantuk

Turn based RPG apalagi yang strategy/tactical lebih Tak disukai oleh gamer Indonesia. Alasannya Tak jauh dari, “terlalu ribet, banyak mikir.” Belum Tengah harus menghafal sejumlah Pengaruh atau kadang kombinasi Pengaruh Kepada menghasilkan suatu skill baru.

Berbeda dengan game action tentu kalau mau disimplifikasi, kita hanya perlu menekan tombol Kepada melancarkan serangan, menangkis, dan mengeluarkan skill. Jauh dari harus memikirkan 3 langkah kedepan layaknya bermain catur. Maka Tak sedikit yang berpendapat kalau game RPG ngantuk, terutama ame turn based RPG.

Game RPG Ngantuk Berkat Grafis Burik Pixelated

turn based rpg
Grafis burik sering jadi sasaran Argumen game kurang diminati

Kalau soal ini, Eksis kaitannya dengan artikel mengapa gamer Indonesia Tak suka game pixelated. bedanya di konteks ini, game turn-based selalu disandingkan dengan game pixelated, atau setidaknya punya grafis burik. Padahal sebenarnya banyak juga game baru yang punya grafis keren contohnya Persona Series baru-baru: P5R dan P3RE.

Mengubah Persepsi Game Turn Based RPG Ngantuk

turn based rpg
Final Fantasy XII

Lampau apakah Eksis Metode Kepada Membangun orang Indonesia menyukai game dengan tipe combat seperti ini? Karena sebenarnya game turn-based itu sangat Panggil Kepada diikuti, mulai dari cerita yang mengesankan dan combat yang sebenarnya Tak membosankan seperti yang mereka katakan.

Baca Juga:  5 Dalih yang Sebaiknya Bikin Fans ML & AoV Nggak Perang Melulu

Bagi yang Mau mencoba (atau meracuni Mitra mereka dengan game seperti itu), disarankan Kepada mencicipi tipe combat yang Tak pure turn-based terlebih dulu. Eksis banyak game yang punya system hybrid turn-based dan mungkin Bisa hindari judul seperti Final Fantasy X yang memang murni turn-based.

Kalian mungkin Bisa mencoba FFXII, Shadow Hearts Covenant, dan Divinity: Original Sin kalau memang terpikir Kepada mulai mencicipi game seperti ini. Tentu Tetap banyak judul lainnya yang Panggil Kepada diikuti, dengan sejarah 70 tahun game RPG, kalian Tak akan kekurangan game Kepada dicoba.

Kesimpulannya, meski memang Benar orang Indonesia Tak begitu minat game turn-based, nyatanya itu juga Tak hanya terjadi Tertentu di tanah air saja. Di luar negeri sekalipun, banyak yang punya pendapat sama. Apakah kalian termasuk gamer yang main game turn based RPG ngantuk, brott?


Baca juga informasi menarik Jagat Game lainnya terkait Game RPG atau artikel lainnya dari Andi. For further information and other inquiries, you can contact us via author@Jagat Game.com.