Video game tak Kembali menjadi “mainan anak-anak”. Video game telah menjangkau berbagai orang mau itu muda atau Sepuh, Lelaki atau Perempuan, sehat atau juga lahir dengan disabilitas. Dengan semakin luas diversitas gamer di seluruh dunia, sayangnya tak Seluruh game dapat diakses. Tetapi developer Ketika ini mulai mencoba Demi Membikin game mereka semakin mudah diakses lewat berbagai opsi aksesibilitas mau itu kecil atau besar dampaknya.
Terkadang kita kurang mengapresiasi sesuatu hingga ia sudah Tak Eksis Kembali, dan pada artikel ini, kami akan membicarakan fitur-fitur aksesibilitas yang kesannya sepele tapi miliki Pengaruh besar. Bahkan Apabila Engkau Tak menggunakan atau bahkan mempedulikannya, mereka tetap harus menjadi standar baru yang harus diterapkan Demi Seluruh game baru.
Smart Ping
Game multiplayer khususnya yang bersifat kompetitif selalu mengajak pemainnya Demi berkomunikasi Demi raih teamwork dan teamplay yang terbaik. Berbicara dan mengasih intel dengan Sahabat mungkin mudah-mudah saja, tetapi ketika Berbarengan orang asing? Beberapa dari kita mungkin Eksis yang merasa gugup dan mengalami social anxiety. Atau bayangkan juga mereka yang bisu, bagaimana mereka dapat memberi Paham tim mereka apabila tak Pandai Demi mengekspresikannya secara verbal?
Apex Legends menjadi game yang merevolusioner sistem komunikasi non-verbal dalam game lewat sistem ping mereka. Dengan kumpulan ping yang bervariatif dan selalu menyesuaikan dengan apa yang Engkau tandai, Engkau dapat bermain game secara kompak tanpa harus menyalakan mic. Tak hanya itu, Watak juga sering menyuarakan ping Demi mewakili apa yang Engkau maksud. Fitur ini kemudian telah diterapkan dalam game-game lain seperti Rainbow Six Siege dan Sea of Thieves. Harapnya sistem ping pintar ini akan menjadi standar baru Demi Seluruh game multiplayer kedepannya.
Customizable Subtitle
Terkadang Demi menghindari hilangnya immersion, Engkau Ingin game yang Engkau mainkan terlihat sepolos mungkin dari keberadaan teks dan HUD sebisa mungkin. Tetapi tiap orang Mempunyai keperluan yang berbeda. Beberapa orang terlahir dengan pendengaran yang kurang atau juga belum fasih dalam bahasa asing. Maka subtitle Lagi menjadi fitur yang dinyalakan oleh banyak orang.
Yang menjadi masalah ialah tiap developer miliki Metode masing-masing dalam implementasi subtitle mau itu dari font, ukuran, Corak, dan lain-lain. Kini bayangkan apabila Engkau dapat mengatur sendiri subtitle tersebut semaumu.
Life is Strange dan Rise of the Tomb Raider menjadi dua game pertama yang saya pikirkan akan fitur ini. Kedua game miliki opsi Demi mengatur besar subtitle, Corak teks, letterbox, opsi Demi memuat closed captions, dan Lagi banyak Kembali. Memang Engkau Tak akan memakainya, tetapi akan banyak orang yang dapat mengapresiasi adanya pilihan Demi mempermudah mereka mengerti dialog dan cerita yang dipersembahkan game.
Kontrol Remappable (Tombol Dapat Digonta-ganti)
Dengan semakin kompleks sebuah game, semakin sulit Demi menampung Seluruh aksi dalam satu periferal kontrol. Terkadang apa yang diimplementasi oleh developer alias default control sudah dianggap menjadi yang “terbaik”, tetapi akan selalu Eksis satu dua orang yang merasa Tak nyaman pada penempatan tombol tertentu.
Misalnya termudahnya saja, banyak di antara kita yang lebih nyaman menggunakan CTRL Demi menunduk, tetapi bagi saya pribadi yang Mempunyai jari kelinking yang lemah, saya kesulitan Demi menekan CTRL dan bahkan sering melakukannya dengan jempol. Pada akhirnya tombol C menjadi pilihan yang lebih nyaman bagi saya.
Overwatch mungkin menjadi dua game dengan sistem kontrol remappable yang paling saya acungi jempol. Game tersebut memperbolehkan Engkau Demi miliki setup kontrol berbeda Demi tiap Watak, memberimu kebebasan dan kenyamanan Demi menyesuaikan diri dengan tiap Watak.
Idealnya ialah Seluruh aksi harus dapat diubah secara manual tombolnya, jangan Tiba Eksis satupun yang hardcoded dan Tak dapat diubah sama sekali. Opsi ini juga memberikan potensi Demi banyak gamer dengan disabilitas Demi dapat mengakses game dengan lebih Bagus dengan periferal kontrol yang seperti Adaptive Controller.
Opsi Buta Corak yang Variasi
Saya pribadi bukan seseorang dengan buta Corak, Tetapi saya sangat mengerti kesulitan bermain oleh mereka yang menghidap hal tersebut. Untungnya perlahan-lahan semakin banyak game yang memberikan opsi detil Demi mereka dengan buta Corak mulai dari Protanopia, Protanomaly, Deuteranopia, dan lain-lain.
Pada Ketika artikel ini ditulis, Eksis Sekeliling 133 game yang telah mendukung opsi aksesibilitas tersebut. Khususnya pada game kompetitif seperti Apex Legends dan Fortnite, keberadaan opsi ini sangatlah membantu mereka dalam menanggapi visual cue yang mereka lihat.
Filter Fobia
Game dapat menggarap latar, semesta, dan cerita fiksi apapun. Tetapi terkadang beberapa aspek di game sering memicu fobia pemain tanpa disadari oleh developer. Harapnya Eksis pengertian lebih dalam aspek fobia ini dan memberikan pemain opsi Demi melawannya seperti yang dilakukan oleh Grounded dari Obsidian Games.
Game survival ini memberikan opsi anti-arachnophobia bagi mereka yang Mempunyai rasa takut dengan Untung-Untung. Dengan fitur ini dinyalakan, si makhluk berkaki delapan itu dapat dihilangkan beberapa aspek tubuhnya mulai dari mata, kaki, dan lain-lain. Dari sepengetahuan saya, baru game ini yang milili opsi filter fobia. Kita lihat saja apakah bakal Eksis lebih banyak game lain yang terinspirasi Demi lakukan demikian.
Manual Saving (Atau Bahkan Autosave 24/7)
Game bukan Kembali mainan anak-anak, kita yang dewasa juga Ingin memainkannya. Tetapi yang menjadi masalah ialah kita punya tanggung jawab dan perkerjaan Demi dilakukan, Membikin waktu bermain Tak Kembali seleluasa dulu Kembali.
Game semakin hari semakin lama Demi diselesaikan, dan tiap diantaranya miliki Metode masing-masing Demi menyimpan progres. Beberapa Eksis yang menggunakan scripted checkpoint, tempat atau alat Spesifik seperti Resident Evil, atau save manual. Bagaimana Seluruh game miliki opsi yang terakhir? Memang Tak Pandai dipaksakan Menyaksikan beberapa game memang secara desain dibuat Demi sistem save tertentu, tetapi tak jarang ketika bermain Engkau ditemui dengan masalah Spesifik mau itu soal kerja, keluarga atau lain-lain, dan Tak mungkin Engkau Ingin Membikin mereka menunggu dulu Tiba Engkau temukan tempat “mesin ketik” terdekat.
Lebih Bagus Kembali, bagaimana Apabila game selalu menyimpan tiap progresmu setiap Ketika layaknya Dark Souls atau Genshin Impact, maka kalau Engkau mendadak harus pergi, Engkau Pandai “rage quit” dan lanjut di posisi yang sama ketika kembali bermain.
Kembali-Kembali, fitur ini mungkin lebih opsional ketimbang Seluruh yang telah disebutkan diatas. Tetapi selalu diapresiasi ketika developer mengerti akan waktu yang dimiliki pemain mereka.
Pause Cutscene
Mungkin tak Pandai dikategorikan sebagai fitur aksesibilitas tapi tetap tak kalah Krusial dan sering dilupakan oleh banyak developer. Sudah menjadi hukum wajib bagi Seluruh game khususnya yang Pusat perhatian pada aspek cerita Demi memperbolehkan pemain pause cutscene ketika menekan tombol START atau ESC, dan bukan malah skip cutscene tersebut.
Terkadang pemain Eksis urusan mendadak selama cutscene diputar, mau itu Eksis peristiwa mendadak di rumah, mau ambil break karena Kehausan atau lapar, atau dipanggil ibu buat beli bumbu di warung. Kita Ingin Paham jalan cerita game, jangan malah langsung loncat ke gameplay Kembali dan buat pemain kehilangan konteks akan kenapa si X mendadak dikejar Golongan mafia.
Baca pula informasi lainnya beserta dengan Berita-Berita menarik lainnya seputar dunia video game dari saya, Muhammad Maulana.
For further information and other inquiries, you can contact us via author@Jagat Game.com