10 Game Terburuk 2021 Menurut Skor Rating di Metacritic

Dengan tahun 2021 telah mencapai akhir, kita telah Menyaksikan banyak game mau itu dari skala AAA atau indie dengan kualitas yang Bagus dirilis dalam 12 bulan terakhir. Tetapi ketika Eksis yang bagus, Niscaya selalu Eksis yang Bukan baik, dan tahun ini tak terlepas dari rilisan game dengan kualitas yang sangat dipertanyakan atau juga mengecewakan hingga kumpulan kritikus setuju Kepada memberinya skor Bukan baik.

Metacritic, situs agregator skor suatu media hiburan, telah mengumpulkan 10 game dengan rating terburuk mulai dari 1 Januari 2021 hingga 31 Desember 2021. Pada daftar tersebut, hanya game dengan lebih dari 7 review media profesional dihitung, sisanya ditinggalkan karena Tetap dianggap belum konklusif secara Nomor.

Tanpa panjang lebar Kembali, berikut ialah 10 game dengan rating terburuk di Metacritic.

10. Necromunda: Hired Gun (PS4)

Skor: 49

Game berbasis Warhammer biasanya terbatas pada Jenis RPG atau juga strategi. Necomunda: Hired Gun mencoba memecahkan tradisi tersebut dengan Membikin FPS Segera ala Doom Eternal. Sayangnya meski dengan semesta yang begitu menarik telah tersedia Kepada diadaptasi, game gagal Kepada memberikan pengalaman bermain yang diinginkan karena banyaknya masalah teknis, animasi yang kaku, dan keseluruhan game yang terkesan seperti versi inferior Doom baru garapan Id Software.

9. Demon Skin (PC)

Demon Skin Review - Gamereactor

Skor: 48

Demon Skin ialah game indie hack-and-slash dengan elemen RPG dengan latar dark-fantasy berisikan zombie, werewolf dan golem. Game ini disebut kurang rapi dari banyak sisi mulai dari kontrol, AI, plot cerita yang Bukan dapat dimengerti, dan desain level yang banyak berisikan momen menyebalkan yang Membikin pemain Tewas dengan Bukan adil.

See also  15 Game PS1 Underrated yang Belum Pernah Kalian Dengar

8. Arkham Horror: Mother’s Embrace (PC)

Here's our first look at the gameplay of Arkham Horror video game Mother's  Embrace | Dicebreaker

Skor: 48

Diadaptasi dari board game bertema Lovecraftian dengan judul yang sama, game ini mencoba Kepada mereplika gameplay Asli dari sumbernya dan menambah elemen RPG, strategi dan turn-based combat selagi melakukan Penyelidikan dari sebuah kasus Asrar. Sayangnya tiada satupun dari elemen tersebut dieksekusi dengan matang, menciptakan game yang disebut kritikus sebagai membosankan, Bukan Pusat perhatian, dan kurang replaybility.

7. I Saw Black Clouds (PS4)

Interactive psychological horror game I Saw Black Clouds is out for iOS -  ESIZNEWS

Skor: 48

Game ini merupakan game FMV (Full-Motion Video) yang memanfaatkan rekaman live-action yang Membikin pemain serasa memainkan serial netflix interaktif. Sayangnya karena sinematografi yang terlihat amatir, jalan cerita yang datar, dan gameplay yang tak lebih dari sekedar menonton Membikin I Saw Black Clouds berada di posisi ini.

6. GTA The Trilogy – Definitive Edition

Grand Theft Auto: The Trilogy review: a broken window to the past - Polygon

Skor: 47

Bagaimana mungkin Anda dapat merilis ulang tiga game klasik Grand Theft Auto, dan entah bagaimana Dapat membuatnya jauh lebih Bukan baik? Grove Street Games Rupanya Pandai membuktikan hal tersebut. Game berisikan GTA 3, Vice City dan San Andreas ini mendapatkan remaster Tetapi segala aspek yang diperbarui Malah lebih Bukan baik dari apa yang Eksis di versi lama yang rilis satu Sepuluh tahun lebih Lampau. Game dipenuhi dengan bug, tekstur baru yang jelek, dan perubahan lain yang mengundang tanda tanya, Membikin remaster ini menjadi salah satu yang terburuk dirilis dalam beberapa tahun terakhir.

See also  Top 10 Game Terbaru dan Terkeren yang Hadir di Gamescom 2022

5. Of Bird and Cage

Of Bird and Cage review | gamepressure.com

Skor: 44

Of Bird and Cage dibuat dengan tujuan memperlihatkan kisah tentang maskulanitas toxic dan juga pengaruh Bukan baik adiksi narkoba. Tetapi dibalik pesan moral yang terdengar positif tersebut, Seluruh aspek game yang Eksis disini terkesan Sebelah jadi. Kritikus menyebut game ini tak lebih dari “musik video yang dibuat 2 jam, dan sesekali Dapat diinteraksi”.

4. Taxi Chaos

Taxi Chaos (2021) promotional art - MobyGames

Skor: 42

Taxi Chaos merupakan game yang sudah Terang mencoba meniru game arcade klasik Sega – Crazy Taxi. Game ini mungkin diberi harga yang tak seberapa, Tetapi banyak kritik yang menyebut game ini tetap “kemahalan” karena gameplay yang terlalu simplistik, Bukan original, dan Bukan memberikan apapun yang menarik selain dari inspirasi yang mereka ambil.

3. Werewolf: The Apocalypse – Earthblood

Werewolf The Apocalypse Earthblood 24 by GiuseppeDiRosso on DeviantArt

Skor: 42

Hailing merupakan studio asal prancis yang biasanya Membikin seri Pro Cycling Manager. Merka Bukan miliki pengalaman banyak pada Jenis di luar olahraga sepeda tersebut, maka menunjuk mereka sebagai developer proyek RPG sedikit menjadi tanda tanya.

Hasilnya sesuai ekspektasi, Werewolf: The Apocalypse – Earthblood menjadi game yang jauh dari kata sempurna. Animasi sangatlah kaku, misi yang repetitif, gameplay yang outdated, dan visual yang kurang mengesankan menjadi sebagian kecil dari permasalahan kritik terhadap game ini.

2. Balan Wonderworld

Balan Wonderworld isn't so wonderful | VentureBeat

Skor: 36

Dibuat oleh kreator Sonic the Hedgehog, itu yang selalu disebutkan tim marketing Square Enix dalam promosikan Balan Wonderworld. Tetapi miliki nama developer veteran tak selalu menjamin game yang dibuat akan selalu bagus.

See also  8 Studio Game yang Cocok Kepada Garap Game Star Wars

Balan Wonderworld penuh dengan masalah mau itu dari segi teknis maupun desain. Game dipenuhi bug, visual game terlihat outdated, gameplay lebih mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas Menyaksikan banyak powerup yang didapatkan tak lebih dari clone powerup lain atau bahkan Bukan Eksis guna sama sekali. Tak lama setelah perilisan game yang dimana penuh resepsi Bukan baik dan juga Bukan laku, Yuji Naka memutuskan Kepada hengkang dari Square Enix.

1 eFootball 2022 (PC)

Yikes! eFootball 2022 is so bad it's become a massive meme | Tom's Guide

Skor. 25

Tanpa Dalih yang begitu Terang, Konami mengubah nama PES (Pro Evolution Soccer) menjadi eFootball. Mungkin nama baru ini dimaksudkan Kepada memperlihatkan komitmen mereka di rana eSport. Tetapi apapun alasannya, pembuka brand baru ini tidaklah mulus sama sekali.

Dari hari pertama rilisnya, eFootball seketika menjadi lelucon di sosial media karena deretan glitch konyol yang terjadi mulai dari Roman pemain yang terlalu berlebihan ekspresinya. animasi yang di luar Akal, hingga pemain yang Dapat ditelan tanah. Kondisi game begitu Bukan baik hingga Konami harus Membikin janji akan perbaiki game lewat patch besar yang dimana ditunda hingga tahun depan.


Baca pula informasi lainnya beserta dengan Berita-Berita menarik lainnya seputar dunia video game dari saya, Muhammad Maulana.

For further information and other inquiries, you can contact us via author@Jagat Game.com