Hacker Minta Tebusan Rp149 M usai Bobol Riot Games, Baiknya Bayar?

Pengembang game League of Legends, Riot Games, diperas hacker Rp149 miliar dengan iming-iming keamanan data yang dicuri. Apakah perlu dibayar?


Jakarta, Jagatgame Indonesia

Riot Games menolak membayar hacker yang memeras mereka usai meretas game League of Legends senilai US$10 juta atau Rp149 miliar (US$1= Rp14.939). Apa yang mestinya dilakukan dalam posisi ini?

Peretas game League of Legends diketahui mencuri kode sumber Demi League of Legends (LoL) multiplayer online battle arena, Teamfight Tactics (TFT) auto battler game, dan platform anti-cheat.

Tak hanya itu, kode yang dicuri juga berisi beberapa fitur yang belum dirilis.


Usai membobol sistem, peretas mengirim pesan kepada Riot Games Sembari meminta US$10 juta dengan jaminan Enggak membocorkan kode sumber itu dan akan menghapusnya.

“Kami telah mendapatkan data bernilai Anda, termasuk kode sumber anti-cheat yang berharga itu, beserta seluruh kode game Demi League of Legends dan perangkatnya, begitu juga dengan mode pengguna anti-cheat Anda, Packman,” tulis para peretas.

READ  Black Myth Wukong Sukses Terjual 20 Juta Unit dalam Sebulan

“Kami mengerti betapa pentingnya data-data ini dan dampaknya terhadap League of Legends dan Valorant, Apabila data ini dilepas ke publik. Karena itu, kami meminta sebuah hal kecil yakni US$10 juta,” lanjut pesan itu.

Dalam pesannya, peretas berjanji akan menghapus kode sumber itu dari server mereka dan menggaransi file itu Enggak akan pernah lepas ke publik.

“Kami juga akan menyediakan semacam informasi soal bagaimana peretasan ini terjadi dan saran Demi mencegahnya di masa depan,” tulis mereka.

Tolak bayar

Meski demikian, Riot Games mengaku tak akan membayar tebusan itu dan memilih bekerjasama dengan penegak hukum dan konsultan eksternal Demi menginvestigasi peretasan ini.

Mereka juga bakal merilis laporan detail soal mekanisme peretasan dan tindakan pencegahan yang akan dilakukan agar hal serupa Enggak terulang.

“Hari ini, kami menerima email ransom. Tak perlu dikatakan, kami tak akan membayar,” kata Riot Game seperti dilansir Bleeping Computer.

Riot Games mengakui serangan peretas itu mengganggu ekosistem gamenya dan Dapat menyebabkan masalah di masa depan. Akan tetapi, Riot Games Serius data dan informasi pribadi pemain tetap Terjamin.

READ  Bukan Hanya Aksi dan Grafis, 6 Game FPS Lawas ini Punya Cerita yang Menarik

“Kami tetap percaya diri bahwa Enggak Terdapat data pemain atau informasi pribadi pemain yang dikompromikan,” tulisnya.

Dengan pencurian data ini juga, Riot Games mengakui fitur baru yang belum dirilis itu pada akhirnya tak akan dilepas ke publik.

“Demi kami berharap beberapa model game ini dan perubahan lainnya pada akhirnya Tiba ke para pemain, kebanyakan konten in berupa prototipe dan Enggak Terdapat garansi akan Betul-Betul dilepas ke publik,” tulis perusahaan.

Bagaimana baiknya?

Boris Larin, Lead Security Researcher di Mendunia Research and Analysis (GReAT) Team Kaspersky, mengungkapkan langkah Riot Games itu Betul.

“Membayar Duit tebusan Enggak menjamin pengembalian file yang Terjamin dan andal, dan itu hanya mendorong pembuat malware Demi melanjutkan operasinya, sehingga meningkatkan potensi risiko reputasi dan keuangan,” kata dia, dalam rilis resminya.

READ  Game Helldivers 2 Dibandingkan dengan Halo, Begini Komentar Bijak CEO Arrowhead

“Selain itu, mengikuti aturan dari para penjahat dunia maya bukanlah ide yang Bagus dan hanya meningkatkan potensi risiko reputasi dan finansial ke depannya.” ujarnya Tengah.

Terlepas dari itu, Boris mengatakan data yang dicuri hacker itu amat Krusial. Kode sumber sebuah game Dapat dimanfaatkan para peretas Demi mempelajari Seluruh jeroan game.

“Setelah penyerang mendapatkan akses ke kode sumber game, mereka dapat dengan mudah mempelajari Seluruh fungsi game dan server game, mempelajari logika game, algoritme rahasia, dan teknologi anti-cheat,” jelasnya.

“Hal itu memungkinkan mereka menemukan kerentanan, Membikin cheat dan bot, dan meraih kekayaan dengan menjual alat secara curang atau dengan menambang dan menjual mata Duit dalam game, melewati aturan yang ditetapkan oleh pengembang game, sekaligus merusak pengalaman pemain lain,” urai dia.

[Gambas:Video CNN]

(lth/arh)