Industri video game telah Eksis selama puluhan tahun. Berbagai Penemuan telah diperkenalkan, berbagai trend telah kita lewati, dan berbagai perkembangan teknologi telah diimplementasikan Demi kualitas video game yang lebih Bagus dan kompleks. Di era modern Begitu ini, video game Kagak Tengah sekedar dianggap sebagai permainan Demi bocah. Video game telah berkembang menjadi media interaktif yang kompleks dan dapat dinikmati dan diakses oleh siapa saja. Beberapa bahkan layak dikategorikan sebagai seni meskipun banyak Ahli Kagak setuju akan hal tersebut.
Dibalik Sekalian hal positif yang teknologi telah berikan kepada video game, selalu Eksis konsekuensi yang studio, publisher, dan gamer harus hadapi. Eksis banyak hal yang begitu menyebalkan dari gaming modern Begitu ini, dan berikut adalah beberapa yang kita Sekalian harus terima apa adanya. Sebagai catatat, Engkau Kagak diharuskan Demi setuju dengan seluruh poin dibawah ini. Ini hanya opini pribadi dari saya yang Ingin saya bagikan kepada pembaca lainnya. Apabila Engkau miliki pendapat tersendiri atau Eksis poin yang Kagak Engkau setujui, kirimkan lewat sesi komen di Facebook.
1. Monetisasi game akan selalu Eksis dan mungkin semakin parah kedepannya
Engkau mungkin sering Memperhatikan gambar diatas. Dan mau seberapa Jenuh dirimu akan Memperhatikan gambar tersebut, pada dasarnya apa yang disampaikan memang Eksis benarnya. Video game kini menjadi bisnis besar, dan perusahaan akan mencari Metode apapun Demi menghasilkan untung sebesar mungkin dari apa yang mereka hasilkan. Pada era PS3/Xbox 360, gamer dihadapi dengan trend Season Pass dan DLC premium yang janjikan konten ekstra dari apa yang Engkau dapatkan dari game Primer. Istilah “unlockable”, konten rahasia, dan bahkan cheat code perlahan tapi Niscaya musnah dikarenakan sistem monetisasi ini. Kagak Sekalian DLC itu Jelek, beberapa tawarkan konten setara dengan game Primer dari skala kuantitas maupun kualitas, tetapi mayoritas dari DLC hanyalah menjadi trik Segera Demi para publisher kantongi Fulus ekstra dari penjualan game dengan memanipulasi nafsu gamer sekarang akan konten game yang mereka senangi.
Di generasi PS4/Xbox One, sistem monetisasi baru hadir Ialah via microtransaction layaknya di game mobile maupun game free-to-play. Gamer telah beberapa kali keluarkan amarah mereka ketika game dari publisher besar perkenalkan microtranscation, tetapi hingga Begitu ini Kagak Eksis tanda-tanda sistem monetisasi ini akan musnah dalam waktu dekat. Sekalian ini karena diluar sana Eksis yang Lanjut membeli produk-produk microtransaction ini. Publisher juga pintar dalam memanipulasi nafsu para gamer agar Ingin membeli item microtransaction ini lewat berbagai Metode mau itu lewat grinding yang parah Demi dapatkan item tersebut secara Sekadar-Sekadar, atau semacam showcase agar Pemain lain Dapat Memperhatikan dan tertarik ikut beli, dan Lagi banyak Metode lain yang publisher Begitu ini gunakan Demi menggoda pemainnya keluarkan Fulus ekstra.
Trend monetisasi ini Kagak akan musnah sama sekali hingga kedepannya khususnya dengan ekspektasi publisher sekarang yang amat terlalu tinggi di tiap game yang mereka rilis. Karena sistem ini terlalu menguntungkan dan kecil resiko bagi para publisher dan Kagak perlu proses pembuatan yang lelet layaknya ekspansion atau Membikin game baru. Yang Eksis malah mungkin sistem monetisasi ini akan semakin diperparah pada generasi console selanjutnya. Entah dalam bentuk apa Tengah dan siapa pelopornya nanti, yang Niscaya ialah monetisasi parah dari publisher raksasa akan Lanjut berlanjut selama Lagi Eksis yang membelinya.
2. Indie lebih dominan berinovasi ketimbang studio besar
Membikin game skala AAA tak hanya membutuhkan waktu yang lelet tetapi juga biaya yang besar. Maka dari itu, banyak studio AAA Begitu ini Kagak terlalu Ingin mengambil resiko Demi mencoba fitur atau mekanik baru dan lebih memlih yang memang sudah terbukti sukses di pasaran. Maka dari itulah, mayoritas game AAA Begitu ini pada dasarnya hanyalah versi Elok dari yang pernah Engkau mainkan atau perpaduan dari berbagai game yang sempat sukses di pasaran.
Sebagai Misalnya, Horizon Zero Dawn hanyalah perpaduan dari Far Cry dicampur dengan Tomb Raider dan Zelda, atau Spiderman PS4 yang pada dasarnya hanyalah Batman Arkham tetapi dengan Spiderman, dan lain-lain. Tak Eksis maksud mengatakan game-game tersebut Jelek, bahkan saya menyenangi game-game tersebut dari awal Tiba selesai, tetapi ini membuktikan apabila studio AAA sekarang terlalu bermain Terjamin akan apa yang mereka Ingin kembangkan.
Para developer indie menjadi scene di industi gaming Begitu ini yang memang berani tawarkan Penemuan mereka. Hal ini karena mereka Kagak dihadapi dengan resiko bangkrut ratusan juta dolar apabila game gagal serta mereka harus tawarkan sesuatu yang Aneh yang dapat membedakan game mereka melawan oversaturasi game Begitu ini.
Game seperti Undertale, No Man’s Sky, Cuphead dan bahkan Minecraft menjadi sesukses sekarang karena game-game tersebut berbeda dan Aneh dari apa yang pernah dimainkan para gamer. Belum Eksis sebelumnya game RPG dimana Sekalian musuh Dapat dibiarkan hidup, belum Eksis sebelumnya game dimana Engkau Dapat kunjungi 7 quantilion planet, belum Eksis sebelumnya game dengan visual Animasi klasik yang sangat autentik, dan belum Eksis game yang dimana Engkau Dapat membangun apapun bermodalkan blok-blok semata. Studio indie miliki lebih banyak kebebasan akan apa yang mereka Ingin ekspresikan. Tak Eksis si bos yang mengatur-ngatur mereka Demi Membikin game sesuai trend, tak Eksis investor yang ngamuk akan saham, dan Kagak Eksis konflik perbedaan ide karena game dikerjakan oleh ratusan staff.
Saya tetap menyukai bermain game AAA Demi kompleksitas teknologi, presentasi, dan production value yang mereka miliki. Tetapi saya tak terlalu berekspektasi akan adanya Penemuan besar datang dari Golongan ini. Apabila Eksis Penemuan dihadirkan oleh mereka maka harus diapresiasi, tetapi ketika Kagak, Dapat dimengerti mengapa.
3. PC takkan pernah dapatkan Tertentu kelas AAA Tengah
Para pengguna PC Lanjut menyombongkan platform mereka sebagai ‘master race’ karena hardware mereka yang lebih Bagus, performa game yang lebih mulus, visual lebih detil dan Lagi banyak Tengah. Tetapi diluar dari kelebihan teknis tersebut, apa game yang Betul-Betul memamfaatkan hardware luar Standar tersebut yang di console Kagak Eksis? Nyaris Kagak Eksis sama sekali.
PS4 miliki God of War, Spiderman, The Last of Us. Xbox One miliki Halo, dan Nintendo miliki Mario, Zelda, Smash Bros, dll. Apa Tertentu yang dimiliki PC? PUBG baru saja dirilis di PS4, Divinity Original Sin juga dirilis di console, Star Citizen direncanakan rilis di console. Tertentu yang dimiliki PC ialah game-game free-to-play, game strategi, dan game-game indie shovelware di Steam. Ketiganya Kagak membutuhkan PC super mewah Demi dapat dimainkan dan Kagak miliki estatika maupun production value sekelas game Tertentu console.
Tertentu PC telah Tewas sejak PS3 dan X360 dirilis. Mayoritas game yang dirilis di PC Niscaya dirilis di platform lain atau hanya menunggu waktu Demi merantau ke console atau handheld terbaru. Alasannya paling mainstream ialah karena pembajakan, tetapi Eksis Unsur lain yang Betul-Betul pengaruhi hilangnya ketertarikan developer Demi buat game mereka Tertentu Demi PC.
Dalih pertama ialah Membikin game PC butuh waktu cukup lelet Demi optimisasi. Berbeda dengan console yang miliki 1 spesifikasi hardware yang telah ditentukan, PC miliki ribuan kombinasi. Membikin game atau bahkan sekedar port Demi PC yang Betul-Betul optimized Demi seluruh Ragam konfigurasi tersebut memakan waktu dan biaya, belum Tengah dengan opsi-opsi Spesifik seperti ultrawide resolution, 60 FPS, konfigurasi mouse dan keyboard, dan lain-lain
Setelah proses yang ribet tersebut, penjualan game tergolong terlalu 50:50. Terkadang lebih sukses dari versi console, terkadang sedikit. Makanya banyak developer yang sungkan Demi merilis game Tertentu PC dan bahkan Apabila mereka awalnya merilis game di PC, Niscaya dalam beberapa waktu kedepan dirilis ke console juga karena mereka Paham penjualan yang dihasilkan dari PC pada awal-awal rilis terlalu pas-pasan.
Dalih kedua adalah Kagak Eksis yang Ingin mendanai. Developer game Tertentu mendapatkan persetujuan Demi Membikin game mereka Tertentu Demi console tersebut. Bahkan game multiplatform tak jarang Membikin gamenya timed-exclusive karena persetujuan dengan manufacturer console. Sony miliki Naughty Dog, Santa Monica, dan lain-lain Demi Membikin game Spesifik Demi hardware terbaru mereka. Microsoft dan Nintendo juga miliki deretan developer tersendiri yang ditugaskan Demi hal serupa. Sedangkan PC Kagak dimiliki siapa-siapa. Bahkan Valve yang mendominasi market dari PC gaming Begitu ini Kagak dapat disebut sebagai pemilik dari platform PC. Kagak Eksis yang menawarkan developer Demi Membikin game mereka Spesifik Demi PC Membikin platform master race ini mustahil Demi dapatkan game Tertentu kelas AAA.
Demi urusan jangka panjang, PC memang miliki potensi besar khususnya Demi game dengan konsep games as live service seperti Rainbow Six: Siege, CS:GO, Overwatch, dan lain-lain. Tetapi tak Sekalian developer punya waktu Demi Lanjut perbarui game mereka dan Kagak Sekalian game dapat menjaga relevansinya dalam waktu lelet.
4. “Nanti dibenerin lewat patch”
Keberadaan post-launch patch menjadi sebuah keberkatan dan kutukan di waktu yang sama. Di satu sisi, game akan Lanjut dapatkan konten dan perbaikan bug karena developer selalu Dapat luncurkan patch setelah game rilis. Disisi lain, keberadaan patch Malah menjadi Dalih bagi banyak game dirilis dengan status buggy dan tergolong unfinished.
Ketika sudah berada di tangan konsumen yang telah membayar Demi game tersebut, mereka berhak dapatkan pengalaman bermain yang 100% playable. Sayangnya banyak game Begitu ini hadir dengan masalah teknis maupun balancing yang Membikin mereka harus menunggu beberapa hari hingga beberapa bulan agar masalah tersebut teratasi. Yang lebih Jelek Tengah adalah mengharuskan para modder beraksi Demi perbaiki game mereka sebagai Misalnya ialah port PC dari Nier Automata atau Dark Souls.
Game pastinya Kagak akan sepenuhnya bebas dari bug maupun glitch. Tetapi memberikan Pemain impresi yang bagus Begitu bermain game yang baru saja mereka beli tanpa harus mendownload deretan patch menjadi sesuatu yang mereka layak dapatkan setelah percaya akan Fulus yang mereka keluarkan akan memberikannya hiburan yang seperti diharapkan.
4. Game Sukses Niscaya punya komunitas toxic
Terkadang banyak orang yang mengatakan dirinya berhenti bermain game tertentu karena “komunitasnya toxic” atau “banyak bocah”, tetapi kenyataannya ialah tiap game Niscaya miliki komunitas yang toxic apabila memang ramai Pemain. Semakin ramai sebuah game, maka semakin banyak orang toxic yang mengumpul. Orang banyak yang mengecap League of Legends, DOTA 2, Overwatch, dan CS:GO sebagai game paling toxic Begitu ini, tetapi itu dikarenakan game-game tersebut miliki fanbase yang memang sangat besar dan kebetulan saja Engkau selalu ditemukan dengan orang yang toxic.
Developer Kagak dapat melakukan apapun atas masalah komunitas toxic ini. Mereka hanya mendesain game yang Engkau mainkan, urusan bagaimana sifat para pemainnya sudah diluar jangkauan mereka. Mereka Membikin game atas dasar Fulus, dan dari yang mereka Paham Pemain toxic juga merupakan pelanggan mereka yang harus dilayani selayaknya pelanggan lain. Usaha terbaik yang dapat developer berikan ialah memberlakukan sistem report, tetapi tentu saja Kagak Sekalian Pemain yang Engkau anggap toxic dapat terkena hukuman.
Singkatnya adalah apabila Engkau Kagak Ingin berhadapan dengan Pemain toxic di game online, pilihanmu Eksis dua: 1.) Bermain game single-player, 2.) Bermain game yang komunitasnya sangat kecil.
5. Tewas perlahan couch gaming karena online
Multiplayer online itu menyenangkan. Engkau Dapat selalu ketemu Sahabat baru dan game yang Engkau mainkan akan selalu berbeda-beda karena Pemain yang ditemui Kagak selalu sama. Tetapi sedikit menyedihkan Memperhatikan keberadaan online ini menjadi Dalih Primer couch coop atau local multiplayer perlahan musnah dari gaming modern Begitu ini. Terkadang Eksis saatnya Engkau hanya Ingin bermain Serempak temanmu dan melakukan interaksi jarak dekat dengannya, sayangnya hal tersebut sudah jarang dapat dilakukan karena online tak hanya lebih Luwes tetapi juga lebih menguntungkan publisher karena mereka dapat jual lebih banyak kopi dari game yang dirilis.
Kini mayoritas game yang miliki fitur ini terbatas pada game olahraga semata seperti FIFA atau PES. Dengan hardware console yang semakin kuat sekarang, mungkin kita dapatkan visual yang apik dan Elok. Tetapi sedikit ironis Memperhatikan teknologi tersebut semakin Membikin kita bermain sendiri di rumah dan hanya berinteraksi lewat microphone semata Demi bermain Serempak Sahabat.
6. Open-world akan Lanjut kuasai desain game sekarang dan kedepannya
Mulai dari pertama kali generasi PS4/ Xbox One dimulai, desain open-world mulai menjadi trend. Trend open-world Dapat menjadi hal positif maupun negatif tergantung akan perspektif gamernya, Tetapi secara pribadi saya sedikit khawatir akan betapa populernya penggunaan map besar ini. Franchise yang dulunya Kagak open-world mendadak buat dunia game mereka sebesar mungkin karena ikut trend. Banyak yang berpendapat apabila semakin besar dunia game, maka semakin bagus game tersebut, tetapi itu Sekalian tergantung pada eksekusinya. Banyak game open-world bagus berhasil menawarkan dunia yang detil dengan konten berlimpah yang memang menarik Demi ditelusuri, Tetapi mayoritas dari game open-world sekarang hanya dibuat atas maksud Demi memperpanjang durasi game secara artifisial lengkap dengan side mission yang sekedar fetch quest yang diulang puluhan kali.
Apa Info desain level tradisional? Tentunya Lagi akan diteruskan tetapi game dengan desain level yang tersusun rapi dan Kagak super luas tampaknya perlahan mulai ditinggalkan karena mindset gamer Begitu ini yang Lanjut berpikiran apabila semakin lelet durasi game maka Mekanis semakin Bagus game tersebut. Doom, Dishonored, Resident Evil 7, Hitman 2 menjadi game yang bagus salah satunya karena desain level yang memorable dan menarik Demi ditelusuri. Membikin level super detil dan Aneh di tiap area dengan skala open-world merupakan tugas yang Nyaris mustahil. Hanya Zelda: Breath of the Wild dan Red Dead Redemption 2 yang muncul di kepala saya ketika memikirkan hal tersebut. Sedangkan mayoritas dari game open-world sekarang Nyaris Kagak Eksis yang Betul-Betul memorable. Apabila tanpa Donasi minimap, Engkau takkan pernah selesaikan game tersebut karena mayoritas area terlihat mirip begitu-begitu saja terkecuali di point of interest tertentu.
Maksud Primer saya dari poin ini ialah game open-world akan Lanjut menjadi trend Demi masa-masa kedepannya. Gamer sekarang lebih mementingkan sandbox besar dan durasi lelet ketimbang desain level brilian dan pengalaman bermain yang Lanjut menempel di kepala.
7. Mobile game lebih soal adu marketing ketimbang adu kualitas
Mobile game awalnya miliki potensi besar Demi saingi console gaming. Ketika game seperti Infinity Blade dirilis, banyak gamer yang optimis apabila visual sekelas console Dapat saja dicapai pada mobile gaming dan Dapat saja smartphone Dapat saja kedepannya menggeser console handheld yang Eksis Begitu itu seperti PS Vita maupun Nintendo 3DS. 8 tahun kemudian, potensi tersebut Lagi belum sepenuhnya tercapai dan bahkan mobile gaming kini miliki reputasi Jelek di mata gamer console dan PC.
Masalah terbesar mobile gaming sekarang tentu saja ialah sistem monetisasinya. Mayoritas game yang dirilis di platform ini miliki microtransaction yang berdampak besar pada progress pemainnya alias pay-to-win. Tak hanya itu, game mobile sekarang tak lepas dengan yang namanya iklan yang tak senggan-senggan ditayangkan di tiap sesi bermain. Tetapi ini bukanlah hal yang Ingin saya bicarakan dalam poin ini, yang lebih prihatin dari mobile gaming sekarang ialah popularitas game di Appstore maupun Playstore lebih tergantung pada “seberapa banyak Fulus yang Engkau keluarkan Demi iklankan game” ketimbang kualitas dari game itu sendiri.
Eksis banyak game yang memang bagus di smartphone, Tetapi tertutupi oleh ribuan game lain yang dimana yang bagus Lagi Dapat dihitung jari. Demi mengatasi oversaturasi game ini, satu-satunya solusi agar gamemu ramai Pemain ialah promosikannya seluas mungkin. Pada console gaming atau PC gaming, sebuah game Dapat saja Terkenal karena kualitasnya. Game seperti Undertale, Stardew Valley, Five Nights at Freddys, Minecraft bahkan PlayerUnknown’s Battlegrounds Kagak miliki marketing super luas pada awal-awal rilis atau bahkan Kagak dipromosikan sama sekali. Game-game ini hanya mengandalkan gameplay yang menarik dan Aneh yang kemudian viral di internet dan menjadi Terkenal seperti sekarang ini. Skenario yang sama Nyaris Kagak terjadi pada game mobile. Seluruh game mobile yang Eksis pada kategori Terkenal diisi oleh game-game yang Niscaya Engkau pernah lihat iklannya mau itu dari Youtube, social media, atau iklan yang Engkau dapatkan Begitu bermain game lain.
8. Mobile gaming terlalu menggoda Demi diabaikan publisher raksasa
Setelah kontroversi besar yang dihasilkan dari Diablo Immortal, Blizzard tetap pastikan apabila seluruh franchise mereka akan hadir ke mobile nantinya. Memperhatikan franchise klasik seperti ini menjadi cashgrab mobile tentunya menjadi hal yang mengecewakan bagi fans, tetapi apabila Engkau berada di posisi mereka, Engkau akan sulit Demi Kagak tergoda dari profit yang dihasilkan dari platform mobile.
Game mobile Kagak membutuhkan modal besar, game mobile Kagak terlalu butuh mekanik super ambisius, dan game mobile dapat dimonetisasi sesadis mungkin dan orang Lagi akan membelinya. Profit besar dengan modal sedikit ini Membikin wajar apabila banyak publisher besar Ingin investasikan beberapa brand Terkenal mereka ke platform ini.
Engkau sebagai penggemar dari franchise tersebut hanya dapat menerima fakta ini dan melupakan apabila game mobile tersebut pernah Eksis. Sisi baiknya adalah profit yang dihasilkan dari game mobile tersebut Dapat saja dituangkan pada proyek besar yang Engkau akan tertarik mainkan.