Mengupas Fenomena “Hangat” Mengenai Channel YouTube Kimi Hime

Belakangan ini tengah hangat-hangatnya salah satu channel YouTube berlabel “gaming” di Indonesia menuai kontroversi. Channel bernama Kimi Hime ini baru saja mendapatkan petisi dari netizen akibat video “non-gaming” yang di upload-nya melenceng dan cenderung mengarah ke konten dewasa. Petisi online yang telah ditandatangani lebih dari 60 ribu orang ini juga merespon konten negatif yang mulai terselip di channel tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan adanya konten berbau dewasa tersebut berakibat rusaknya generasi Demi ini yang ditakutkan cenderung berpikir “mesum”.

Baiklah, kali ini kita akan sedikit mengupas tentang fenomena yang ramai perbincangan netizen belakangan ini mengenai apa saja yang Membikin channel dengan nama Kimi Hime ini mendapat petisi.

Konten yang dikecam bermuatan non-gaming

Betul sekali, petisi tersebut mulai muncul setelah konten di channel tersebut mulai berbau “dewasa”. Beberapa video terakhirnya bahkan memuat judul yang secara blak-blakan mengarah ke konten yang Kagak Semestinya berada di channel gaming. Tak heran netizen mulai geram hingga pada akhirnya Membikin petisi terhadap muatan yang mungkin ditonton oleh penonton yang mungkin juga Tetap di Dasar umur yang Biasa nongkrong di channel tersebut berharap Terdapat video Mobile Legend maupun PUBG Mobile.

Konten tanpa batasan umur

Baca Juga:  [Opini] Sudah 16 Tahun Rilis, NFS Most Wanted Lagi Tetap Menjadi Seri NFS Terbaik

bypass youtube age restrictions 1

Yang menjadi perhatian disini adalah isi dari konten di channel dan platform YouTube itu sendiri. Di satu sisi, YouTube merupakan salah satu platform video yang Pandai diakses oleh Seluruh kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Mereka Pandai membuka berbagai Macam-macam video tanpa terkecuali dari channel tersebut. Apabila manajemen di channel tersebut paham akan isi konten yang akan di upload setidaknya aturlah video tersebut hanya dapat diakses oleh viewer dengan umur yang telah memenuhi dengan melakukan login terlebih dahulu di YouTube. Tetapi pada kenyataannya isi dari konten bermuatan dewasa itu Tetap Pandai dinikmati Seluruh kalangan di YouTube tanpa terkecuali.

 

Penggunaan thumbnail dengan “clickbait” yang mengarah ke hal-hal “dewasa”

21

Thumbnail merupakan salah satu aspek Krusial dalam sebuah video di YouTube maupun di platform penyedia video lainnya. Yang menjadi permasalahan adalah channel yang konten-kontennya kebanyakan gaming ini Bahkan menggunakan thumbnail yang sangat “ambigu” dan kalian pun harus berpikir sekian kali Kepada mencerna apa yang disampaikan dalam thumbnail tersebut hingga pada akhirnya kalian terpaksa harus menontonnya Kepada mengerti apa yang sebenarnya dimaksud dalam thumbnail dan judul video-nya. Mungkin Kagak masalah Apabila thumbnail terlihat Biasa saja, Tetapi dengan kondisi yang Terdapat di channel tersebut Bahkan mengundang pikiran-pikiran “liar” para penontonnya di YouTube.

Baca Juga:  Kenapa Suikoden 2 Disebut Sebagai Game JRPG Terbaik Sepanjang Masa?

 

YouTube terkesan tebang pilih

youtube policies

Yang dimaksud tebang pilih disini cenderung terhadap channel yang notabene melanggar policies atau aturan-aturan yang harusnya telah disetujui oleh para YouTuber sebelum Membikin konten. Pihak YouTube terkesan Tetap meloloskan konten atau video yang mungkin isinya melanggar beberapa aturan atau kebijakkan yang telah dibuat oleh YouTube itu sendiri Tetap ber-“sliweran” di timeline maupun channel yang bersangkutan. Padahal Kagak Semestinya konten tersebut lolos dikarenakan mengandung muatan yang cukup vulgar dari segi verbal maupun isi video tersebut.

 

Memunculkan paradigma content creator yang cenderung mengejar “adsense” ketimbang memikirkan konten yang berkualitas

youtube konten

Mungkin poin yang akan menjadi penutup ini menjadi keresahan Dekat kebanyakan content creator yang telah Pelan berkecimpung demi Membikin konten yang berkualitas Bahkan lebih sedikit dinikmati ketimbang banyak content creator yang mungkin Pandai dibilang “asal-asalan” asal “laku” dan banyak “dilihat” demi mengejar “adsense” tanpa memikirkan pengaruhnya terhadap moral para viewers. Tetapi kembali Tengah, Seluruh Mempunyai hak masing-masing Kepada suka dan Kagak suka dengan konten-konten yang luar Biasa banyaknya di platform berbagi video ini. Bukan hanya YouTube, kita pun terkadang sulit Kepada mengontrol konten apa saja yang harus kita terima dan mana yang harus dihindari karena begitu banyaknya.

Baca Juga:  10 Game Online Terbaik yang Tetap Panggil Dimainkan di 2021

 

Konklusi

conclusion

Seperti sebuah perumpaan “bubur telah menjadi nasi”  eh kebalik Ampun maksudnya “nasi sudah menjadi bubur” semuanya memang telah terjadi. Tetapi kembali Tengah ke diri kita sebagai Mahluk yang “dewasa” mengenal dan mengerti perkembangan internet. Ambil hal-hal positifnya kurangi atau mungkin tinggalkan hal yang Bahkan Membikin kita semakin terjerumus di jurang internet yang entah seperti apa dalamnya. Kepada kalian yang sudah menjadi orang Uzur mungkin lebih perhatian Tengah terhadap anak-anak yang mulai mengenal gadget agar lebih terkontrol.

Kepada para content creator juga sudah sepantasnya lebih bertanggung jawab dan melakukan filter dengan konten-konten yang telah dan akan dibuat sehingga lebih sesuai dengan kultur dimana kalian berada. Karena apapun itu hasilnya akan dilihat dan dinilai langsung oleh orang-orang di seluruh dunia tanpa terkecuali. Dan pihak YouTube juga Mempunyai kebijakkan tertentu yang Apabila dilanggar dan konten tersebut dinilai Kagak layak maka akan ditindak lanjuti oleh pihak berwajib (YouTube) dan content creator akan mendapatkan peringatan atau bahkan channel-nya akan di banned.

 

Itulah sedikit opini mimin mengenai fenomena yang cukup ramai belakangan ini, semoga kedepannya Bagus komunitas hingga penikmat konten Pandai lebih Bagus Tengah.