2. Fanboy

fanbouanatomy

Saya pernah menulis kenapa fanboy itu merupakan sifat Jelek yang perlu Engkau hindarin di dunia video game. Singkatnya, fanboy itu 11-12 dengan toxic, bedanya mereka lebih menjadi pembela buta dari suatu produk, menganggap produk yang digemarinya adalah produk paling yahud sejagat. Kenapa saya bilang 11-12? Karena mereka sama-sama miliki argumen dan sifat yang “nyaris mendekati toxic”.

Maksud saya dengan “nyaris toxic”, selain kalau berdebat ngga mau kalah, mereka ngga segan Demi mengolok, mengumpat, dan berikan ujaran kebencian lain pada orang atau Golongan yang mungkin sengaja atau tak sengaja “menjelekkan” produk atau orang yang dipujanya atau menurutnya terbaik. Misalnya, Engkau fanboynya Gabe Newell / Gaben dan produknya (Valve & Steam). Maka Engkau akan tolak Seluruh argumen yang sebenarnya Benar Tetapi “seolah bersimpangan” dengan Gaben dan produknya. Engkau akan bela Wafat-matian sampe sok tau atau cuman modal Wikipedia dan ngga sadar Engkau bahkan gapernah tau sejarahnya Steam atau bossnya Valve itu sendiri. Segala Metode akan Engkau lakukan, bahkan meski harus caci maki yang berpendapat tersebut.

fanboybf1

Engkau Pandai hindarin sifat ini atau setidaknya meredamnya dan berusaha tobat dari sifat ini dengan Metode lebih open-minded. Kesalahan gamers Era now itu ngga mau baca apapun itu Berkualitas artikel maupun penjelasan, baca cuman Sebelah-Sebelah, baca judulnya aja Lalu seolah jadi orang pro yang paling tau semuanya. Ini juga salah satu pemicu “kebodohan” fanboy Begitu berdebat di media online maupun dunia Konkret. Dengan baca dan tau sisi lain yang berbeda dari produk atau tokoh yang Engkau puja, plus Paham produk lain yang dibandingkan dan diperdebatkan, maka Engkau Pandai lebih open-minded dan menerima pendapat orang lain karena memang Benar adanya alias kalian sama-sama tau. Bahkan Engkau Pandai jadi “orang bijak” yang tau apa yang harus Engkau lakukan Begitu perdebatan tersebut. Bilaman harus ngga kepancing ego buat “nyolot” karena bakal memperburuk kondisi, atau Bilaman Engkau harus “mengalah” karena dia atau mereka Rupanya lebih fanboy dari apa yang Engkau kira sebelumnya.

3. Thrower


Pernah ngga Engkau main game multiplayer kompetitif kayak Dota 2, Overwatch, Rainbow Six Siege, atau Paladins, tapi Terdapat temen satu tim-mu yang tiba-tiba ngambek gamau main bener cuman karena hal sepele seperti hero atau class favoritnya dipake orang lain misalnya? Nah orang kayak gitu Lumrah disebut “Thrower”.

Thrower menurut saya adalah sifat paling kekanakan yang pernah saya temui selama bertahun-tahun bermain game online kompetitif (dammit saya udah Sepuh). Iya, saya tau Engkau cuman Pandai hero atau class itu saja, tapi Engkau main multiplayer kompetitif tujuannya pengen menang ‘kan? Kalo harus disalahkan, Terang kesalahan Terdapat pada Engkau yang cuman Konsentrasi Pandai satu hero atau class saja.


https://www.youtube.com/watch?v=8F1IWVLPPgQ


Saya tau, mungkin Engkau jago mainin Kinessa Pandai full charge headshot Lalu, Pandai lari bareng payload Sembari ngincar musuh tanpa miss dapet top play Lalu. Atau mainin Genji kayak Shadder2K atau Seagull, yang tiap keluarin Dragonsword Pandai team kill alias bantai Seluruh musuh tanpa kecuali. Tapi, di game kompetitif kayak gini Engkau diwajibkan “Pandai” Seluruh hero atau class. Maksud saya dengan “Pandai”, Engkau ngga perlu jago, yang Krusial Pandai maininnya, gimana harus aim, Bilaman harus ngeluarin skill stun, spot mana aja yang Pandai Engkau manfaatin, kombinasi “item standar” mana yang perlu, dsb. Kalo Engkau “Pandai” nyaris Seluruh class atau hero, maka Engkau Pandai hindari kebiasaan throwing tersebut cuman karena hal sepele.

Lewat, bagaimana kalau bukan karena satu class atau hero yang diambil orang lain, tapi lebih karena timnya? Jawabannya ya, adaptasi. Tapi, kalo ngga Pandai adaptasi dan timnya ngga Pandai apa-apa juga bukan berarti Engkau harus patah semangat, gunakan Seluruh Metode yang Terdapat hingga Tiba batas kemampuanmu. Kalau perlu carry deh tim-mu, itupun kalau Engkau Pandai. Apakah hal tersebut Pandai buat Engkau dan tim-mu menang? Belum tentu, tapi, bukankah video game lebih Panggil dinikmati dengan berusaha sampe batas dibanding harus menyerah sebelum berusaha, atau menyerah di tengah jalan? Kalah? Ya seperti sifat alami video game, kalah coba Tengah sampe menang. Stress kalah Lalu? Introspeksi diri liat salahmu yang mana, perbaiki, istirahat atau maen game lain, Lewat coba Tengah.

4. Elitisme / Elitist


Mirip seperti Fanboy dan Toxic. Mereka miliki salah satu sifat childish paling sampah yang pernah saya temui: Angkuh tingkat dewa. Saya katakan mirip dengan fanboy dan toxic, karena mereka sama-sama “memuja” suatu produk atau hebat dalam video game, tapi lebih atas dasar kesombongan. Mereka menganggap game dan platform yang mereka puja atau skill mereka adalah yang terbaik, paling elit, tingkat atas dibanding platform dan game yang sejenis atau player “Lumrah” lain. Kalau diibaratkan dengan hotel, pujaan dan skill mereka bintang 5 dan produk atau skill player lain Lagi sekelas losmen.

Mereka juga tak segan buat memaki player atau produk lain yang mirip dengan mereka atau produk pujaan mereka. “Najis, apaan kayak gini disamain sama Dark Souls/DotA 2? Jauh c*k! Udah, plis jangan kasih liat Tengah, jijik gua baca deskripsinya, berasa mau muntah.”, “Oi kampr*t, maen yang bener dong! Tinggal capture aja susah amat! Dasar beban! Kalo ga Terdapat gua lu Pandai apa?!” kira-kira seperti itulah Kalau Engkau menemukan seorang elitist.

elitist
Definisi Video Game Elitis menurut Urban Dictionary

Orang yang miliki sifat elitism atau Lumrah disebut dengan elitist adalah seseorang yang hidup dalam kebohongan akan dirinya sendiri. Pada akhirnya rasa bangga tersebut Terdapat hanya karena kesombongannya sendiri. Jangan salah, menjadi fans produk atau punya skill yang hebat di video game memang sangat membanggakan. Tapi apakah hal tersebut layak disombongkan Tiba Wafat? Just stop it, ngga Terdapat manfaatnya sama sekali. Jadilah orang Berkualitas, main video game buat senang-senang, anggap kalau Engkau hebat di video game adalah emang karena Engkau jago aja maen video game. Anggap produk hebatmu itu memang karena pas dan sesuai dengan standar seleramu, ngga lebih.

Engkau harus sadari bahwa sama seperti Gambar hidup dan Tembang, industri kreatif seperti video game miliki banyak hal yang “mirip”, Tetapi Lalu dimodifikasi sedemikian Corak agar berbeda dari produk lain. Karena kalau Bukan seperti itu, maka industri tersebut takkan berkembang dan tetap stagnan Tiba kapanpun. Video game Terdapat Demi bersenang-senang, memang terkadang Pandai jadi sangat kompetitif, Tetapi jadikanlah kompetisi tersebut menjadi kompetisi yang sehat dan menyenangkan.

Sifat ini “mungkin” Pandai sembuh kalo Engkau mau menjadi orang open-minded dan mau menerima Seluruh perbedaan yang Terdapat. Saya katakan “mungkin” karena kembali pada dirimu masing-masing. Menjadi orang yang open-minded akan hantarkamu menjadi pribadi yang Pandai menghargai orang lain tanpa membeda-bedakan status atau kemampuanmu. Dan mungkin saja sifat open-mindedmu nanti akan berikanmu timbal balik yang Berkualitas dari komunitas video game, who knows?


Keempat sifat atau kebiasaan di atas adalah sifat yang sudah Terdapat dari dulu dan paling banyak saya temui menjangkiti gamer Era now, khususnya gamer Indonesia. Hal tersebut harus Engkau hindari atau paling Bukan Engkau “redam” agar Membangun suasana komunitas dan tim menjadi lebih kondusif. Bukannya Nikmat kalau main game atu kunjungi komunitas game tanpa Terdapat “prasangka Jelek” dari tiap playernya?

Kita bermain video game karena hobi, Demi melepas lelah karena capek bekerja/sekolah/kuliah, atau memang kita sangat menyukai video game. Bukan menambah stress atau emosi karena komunitasnya yang diisi oleh orang-orang brengsek dengan kebiasaan seperti yang saya tuliskan di atas. Debat boleh, bodoh jangan, main game boleh, ganggu orang lain jangan.


Kalo Engkau Pandai menjaganya mungkin aja Engkau Pandai main sportif di beberapa match seperti video tim profesional esports di atas.

Merasa jago di game kompetitif? Bantuin tim-mu biar menang, semangati juga biar lebih Berkualitas, bukannya ngoceh nyalahin si A begini, si B begitu. Gabisa dibilangin? Yaudah pasrah main sampe batasmu jangan nyerah. Engkau belom cukup jago? Shut up and learn, be a nice guy/girl tanya sama orang kalo ngga ngerti itu jauh lebih Berkualitas dari pada ngebacot gajelas. Sesimple itu sebenarnya Demi menanggulanginya. Tapi ya memang, praktek lebih susah dari cocot saya, maksud saya tulisan saya, jadi saya cuman Pandai bilang, “Seluruh butuh proses”. Karena Seluruh balik ke dirimu masing-masing, termasuk saya kalo mungkin saya juga lakukan hal yang sama seperti di atas yang beruntungnya “sudah lumayan tobat”.

Sebenarnya Lagi banyak sifat lain seperti bullying, trolling, atau pelecehan terhadap Perempuan di video game. Tetapi sejauh yang saya ketahui dan perhatikan, di Indonesia beberapa sifat dan kebiasaan tersebut ngga se-intense seperti empat sifat yang saya tuliskan di atas. Atau, mungkin Engkau punya pengetahuan lebih dan Pandai tambahkan sifat atau kebiasaan gamer lain yang bikin garuk kepala dan perlu dihindari? Kalo Terdapat, bolehlah ditambahkan di komentar. Kita saling berbagi dan jauhi sifat Jelek tersebut, bukankah kita hobi bermain video game karena suka dengan video game tersebut dan Demi bersenang-senang?

contact: akbar@Jagat Game.com

Trending